PRIORITAS, 29/10/24 (Jakarta): Hingga kini, sudah satu tahun lebih berlangsungnya perang antara Israel dan kelompok Hamas di Palestina. Perang ini sebenarnya lebih dulu dipicu oleh serbuan Hamas ke Israel, menyebabkan 1.200 warga meninggal, belum terhitung yang disandera.
Penyerangan Hamas itu terjadi pada 7 Oktober 2023. Sesudah itu, Israel membalas dengan menghancurkan berbagai infrastruktur di Gaza, milik Hamas, termasuk menewaskan lebih 42.000 orang.
Sudah setahun bukannya mereda, malah konflik semakin memanas dan meluas ke wilayah Timur Tengah lainnya, seperti ke Lebanon (Israel membombardir kelompok Hizbullah dukungan Iran), juga ke Suriah.
Terkini, Israel menyerang Iran setelah sebelumnya serangkaian pembunuhan para pemimpin Hamas dan Hizbullah dilakukan oleh Israel.
Arab pecah suara
Nah, di tengah gempuran bertubi-tubi ke Palestina, negara-negara Arab pecah suara akibat adanya beberapa negara yang menormalisasi hubungan dengan Israel.
Diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar negara Arab menyangkal adanya hubungan resmi atau rahasia dengan Israel. Faktanya, sebagian negara tersebut juga tidak dapat menutup-nutupi hubungan mereka dengan Tel Aviv tersebut.
Lalu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sendiri telah secara terbuka mengungkapkan, negaranya mempertahankan hubungan tidak resmi dengan berbagai negara Arab.
Seperti laporan Foreign Policy pada April 2024, yang dikutip Sabtu (26/10/24) lalu, menyebutkan, negara-negara Arab mendukung Israel karena salah satunya demi kepentingan mereka sendiri.
Demikian terungkap dari koordinasi keamanan regional di bawah naungan Komando Pusat AS (CENTCOM), serta peristiwa serangan balasan Iran dengan meluncurkan ratusan drone dan Rudal ke Israel yang dilakukan beberapa waktu lalu.
“Operasi militer terkoordinasi yang melindungi Israel dari korban massal dan kehancuran menyoroti ketahanan perjanjian damai Yordania-Israel dan Mesir-Israel serta perjanjian normalisasi 2020,” demikian laporan tersebut, yang juga mengayakan kerja sama keamanan ini semakin intensif setelah Israel berada di bawah wilayah tanggung jawab CENTCOM pada September 2021.
Memainkan peran tidak langsung
Ada juga informasi dari media Inggris The Economist yang mencatat, dalam serangan Iran ke Israel, “negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi, mungkin juga memainkan peran tidak langsung, karena mereka menjadi tuan rumah bagi sistem pertahanan udara, pesawat pengintai, dan pengisian bahan bakar Barat yang sangat penting bagi upaya tersebut.”
Seperti dilihat di dunia maya, beberapa komentator dengan cepat merayakan keterlibatan Arab. Mereka mengatakan hal itu membuktikan Orang Arab dan Israel dapat bekerja sama dan bahwa Israel tidak sendirian di Timur Tengah.
“Serangan Iran juga menggalang dukungan internasional baru di belakang Israel, termasuk dari negara-negara Arab utama yang kritis terhadap serangan Gaza yang tetap mendukung respons militer Israel terhadap serangan pesawat nirawak tersebut,” kata Julien Barnes-Dacey, direktur program Timur Tengah dan Afrika Utara di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri, sebagaimana dilansir CNBCIndonesia.com.
Sikap Arab Saudi
Diketahui, dalam serangan Israel ke Lebanon, Arab Saudi mengatakan dalam sebuah pernyataan, mereka mengikuti perkembangan di Lebanon dengan “kekhawatiran yang serius,” serta mendesak pelestarian kedaulatan dan keamanan regional Lebanon.
Tetapi negara ini tidak membahas kematian pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah oleh Israel.
Qatar, UEA, Bahrain bungkam
Sementara itu, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain, tetap bungkam sepenuhnya tentang pembunuhan Nasrallah.
Diketahui, UEA dan Bahrain menormalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020. Dan Bahrain menumpas pemberontakan pro-demokrasi yang cukup besar oleh komunitas Syiahnya pada tahun 2011. (P-jr) — foto ilustrasi istimewa