PRIORITAS, 27/11/24 (Jakarta): Bagi masyarakat yang gemar membeli makanan dan minuman dalam kemasan, dapat mengenali kandungan gulanya pada label produk yang dibeli. “Ini yang sudah harus mulai kita biasakan setiap membeli minuman dan makanan berkemasan. Harus pastikan berapa kandungan gulanya,” kata Prof. Dr. dr. Siska Mayasari Lubis, MKed (Ped), SpA (K), dalam diskusi daring yang diikuti dari Jakarta, Selasa kemarin.
Anggota Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia itu menjelaskan, kandungan gula dalam makanan dan minuman mencakup gula tambahan yang dicantumkan sebagai sukrosa, fruktosa, glukosa, atau dekstrosa.
Ditambahkannya, bahan seperti sirup jagung tinggi fruktosa, madu, molase, maltosa, dan jus buah terkonsentrasi yang dicantumkan dalam kemasan makanan atau minuman merupakan bentuk sumber gula. “Penting sekali untuk kita selalu membaca label yang ditempel di kemasan makanan yang memperlihatkan tentang berapa kalori makanan tersebut, berapa karbohidrat, dan gula tambahan yang diberikan dalam minuman dan minuman,” kata Siska.
Siska menyarankan konsumen untuk membaca takaran saji di label kemasan makanan atau minuman untuk mengetahui kandungan kalori pada setiap takaran saji. “Sebagai contoh, takaran sajinya bisa untuk dua sampai tiga gelas dengan masing-masing jumlahnya itu 55 gram. Jika kita lihat pada label kalori, itu jumlah kalori per sajiannya bisa menyentuh 230,” kata dia.
“Kandungan total karbohidrat dan total gula, termasuk gula tambahan, pada makanan atau minuman sebaiknya diperhatikan,” ujarnya. Ia menambahkan, dengan memperhatikan label pada kemasan produk makanan dan minuman, konsumen bisa mengetahui jenis dan kadar gula pada makanan dan minuman yang akan dikonsumsi serta mengatur konsumsi agar tidak berlebihan.
“Minuman manis itu seperti yang kita ketahui, dapat meningkatkan kalori cairan namun tidak memberikan rasa kenyang, sehingga dapat meningkatkan konsumsi berlebih,” kata Siska seperti dilansir dari Antara.
Mengonsumsi makanan dan minuman dengan kandungan gula tinggi dapat memicu obesitas serta meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes. (P-hdt)