27.6 C
Jakarta
Monday, June 2, 2025

    Israel ternyata ingin duduki seluruh Jalur Gaza selamanya

    Terkait

    PRIORITAS, 16/5/25 (Tel Aviv): Israel ternyata tidak hanya bertekad mengalahkan militan Hamas dalam perang, tetapi juga ingin menduduki seluruh wilayah Jalur Gaza selama-lamanya.

    Karena itu militer Israel diduga kuat sedang menyiapkan serangan besar-besaran untuk menduduki seluruh Jalur Gaza.

    Aktivitas ini mulai terlihat sejak tiga hari lalu ketika militer Israel semakin gencar membombardir sebagian besar wilayah di Jalur Gaza.

    “Israel akan menduduki dan akan mengambil alih kendali keamanan atas Jalur Gaza selamanya”, kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pertemuan terbatas, yang dirilis Ynet News seperti dikutip Beritaprioritas.com, hari Jumat pagi (16/5/25).

    Menjelang kemungkinan operasi darat besar-besaran tersebut, warga Palestina melaporkan militer Israel menyerang bagian utara Jalur Gaza, termasuk di Kota Gaza, Jabalia, dan Beit Lahia.

    Selain itu, warga Palestina mengklaim, sejak Kamis pagi, 115 orang telah tewas di seluruh Jalur Gaza.

    Belum ada komentar langsung dari militer Israel, setelah mengintensifkan serangannya di Jalur Gaza.

    Menurut laporan media berbahasa Ibrani, Perdana Menteri Israel mengungkapkan dalam beberapa hari mendatang banyak hal akan terjadi di Gaza. ”Yang belum pernah Anda lihat sebelumnya hingga sekarang,” ujar Netanyahu.

    Hal ini mengindikasikan militer Israel akan melakukan sesuatu yang luar biasa di Jalur Gaza, kemungkinan merujuk pada serangan besar-besaran.

    Perdana Menteri Israel, memang telah mengeluarkan pernyataan akan tetap berperang melawan militan Hamas,  sampai menghancurkan kelompok militan tersebut dan membebaskan semua sandera yang ditawannya.

    Fokus kota Gaza

    Sebagai langkah awal, Israel kini membombardir dengan serangan udara ke sejumlah tempat yang menjadi markas komando militan Hamas di Jalur Gaza.

    Angkatan Udara telah melancarkan gelombang serangan intensif di Gaza, terutama di wilayah tengah.

    Pada saat yang sama, militer Israel mengumumkan di selatan Jalur Gaza, sebagian besar kota Rafah sudah berada di bawah kendali operasional.

    Fokus serangan udara kini telah beralih ke Kota Gaza dan sekitarnya, tempat pasukan Hamas dan infrastruktur teror terkonsentrasi.

    “Ini adalah serangan signifikan, yang menargetkan dan menghancurkan aset teror Hamas,” kata pejabat keamanan Israel.

    Upaya untuk melenyapkan tokoh senior miltan Hamas dilakukan melalui serangan terhadap kompleks bawah tanah, tempat para pemimpinnya melakukan operasi militer.

    Selain serangan di Kota Gaza dan Khan Younis, warga Palestina melaporkan lebih banyak serangan di Jabalia dan Beit Lahia.

    Angkatan Udara terus menargetkan kompleks komando bawah tanah dan memblokir akses ke sana.

    Menteri Pertahanan Yoav Gallant merujuk pada Operasi Gideon’s Chariots, dengan menjelaskan rencana tersebut mencakup selubung pelindung untuk manuver pasukan terhadap semua jenis ancaman.

    Serangan setelah Trump pergi

    Menurut sumber-sumber Israel, belum ada kemajuan signifikan dalam perundingan di Qatar yang dimediasi Amerika Serikat untuk membahas kesepakatan pembebasan sisa 58 sandera Israel.

    Militan Hamas tetap bersikukuh pada posisinya dan tidak mau menerima usulan awal Witkoff. Kelompok teror itu bersikeras kesepakatan apa pun harus mencakup diakhirinya perang, sementara Israel terus mematuhi kerangka kerja awal.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga sudah menghubungi pejabat Amerika dan bertemu dengan Duta Besar AS untuk Israel Mike Huckabee.

    Israel mengancam akan melancarkan operasi militer besar-besaran di Gaza, setelah Trump meninggalkan Timur Tengah pada hari Jumat, jika Hamas tidak menyetujui kesepakatan penyanderaan saat itu.

    Netanyahu, dalam panggilan teleponnya pada hari Senin dengan para pemimpin koalisi, mengatakan Israel tidak memberi jaminan apa pun akan mengakhiri perang, jika Hamas tidak dibubarkan sepenuhnya.

    Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan sebagian besar korban, termasuk wanita dan anak-anak, tewas di Khan Younis di Gaza selatan dalam serangan udara yang menghantam rumah dan tenda.

    Kecaman militan Hamas

    Dalam pernyataan terbarunya, militan Hamas mengecam keputusan Perdana Menteri Israel untuk meningkatkan kekerasan terhadap Gaza.

    “Netanyahu menginginkan perang tanpa akhir, dia tidak peduli dengan nasib para tawanannya”, kata kelompok militan tersebut.

    Militan Hamas dalam sebuah pernyataan mengatakan Israel melakukan upaya putus asa, untuk bernegosiasi dengan kedok tembakan.

    Ahmed Hamad, seorang warga Palestina di Kota Gaza yang telah mengungsi berkali-kali, mengatakan kepada Reuters, apa yang dialami warga Gaza lebih buruk daripada Nakba tahun 1948.

    “Yang sebenarnya terjadi adalah, kita hidup dalam kondisi kekerasan dan pengungsian yang terus-menerus. Ke mana pun kita pergi, kita menghadapi serangan. Kematian mengelilingi kita di mana-mana,” katanya.

    Menurut kementerian kesehatan Palestina, lebih dari 52.900 orang di Gaza telah tewas dan 119.846 orang terluka sejak pecah perang Israel dan militan Hamas tanggal 7 Oktober 2023. (P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini