PRIORITAS, 7/4/25 (Tel Aviv): Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Badan Intelijen Shin Bet berhasil melacak dan membunuh seorang wartawan teroris Hamas, Hassan Abdel Fattah Mohammed Eslaih dengan serangan udara di Khan Yunis, Jalur Gaza, hari Senin (7/4/25).
IDF menyebut, dalam aktivitasnya, Eslaih selalu bertugas sebagai jurnalis dan pernah berpartisipasi dalam pembantaian warga ratusan Israel pada Festival musik Nova 7 Oktober 2023 lalu. Mohammed Eslaih ternyata anggota Brigade Hamas.
“IDF dan Shin Bet menyerang pada malam hari, di daerah Khan Yunis, teroris Hamas Hassan Abdel Fattah Muhammad Eslaih, yang beroperasi dengan kedok jurnalis dan pemilik perusahaan media”, demikian pernyataan IDF seperti dikutip Beritaprioritas.com hari Senin malam (7/4/25).
Menurut IDF, Eslaih adalah seorang teroris Hamas di Brigade Khan Yunis Jalur Gaza yang ikut menyerbu daerah pinggiran Israel dan berpartisipasi dalam pembantaian berdarah pada tanggal 7 Oktober. Selama pembantaian tersebut, ia mendokumentasikan dan mengunggah tindakan penjarahan, pembakaran, dan pembunuhan terhadap warga sipil Israel ke media sosial.
Sebelum serangan udara terhadap lokasi Eslaih, banyak langkah diambil IDF untuk mengurangi kemungkinan membahayakan warga sipil, termasuk penggunaan senjata presisi, pengamatan udara, dan informasi intelijen tambahan.
Serangan tersebut sukses membunuh Eslaih. IDF dan Shin Bet akan terus berupaya menghilangkan ancaman apa pun terhadap warga Negara Israel dan pasukannya.
Hassan Eslaih dikenal karena fotonya saat mantan pemimpin Hamas Yahya Sinwar terlihat mencium pipinya, seperti pernah disiarkan jaringan berita televisi Israel News 12 (N12).
Pernah di CNN dan AP
Menurut Jerusalem post, dari pelacakan intelijen Israel, Eslaih sebelumnya bekerja sebagai wartawan Cable News Network (CNN) Amerika Serikat dan kantor berita Associated Press (AP) New York, AS.
Ia juga memiliki sebuah perusahaan media, dan ikut serta dalam pembantaian 7 Oktober 2023 lalu, menyusup ke Israel selatan dan membagikan rekaman dari pembantaian tersebut ke berbagai media.
Kantor berita Mehr Iran sebelumnya menyebut Eslaih sebagai mimpi buruk Israel. Disebutkan ia menjadi sasaran Israel, karena meliput peristiwa di Jalur Gaza dan mengunggah di platform media sosial.
Pada tahun 2024, muncul foto pemimpin Hamas Yahya Sinwar sedang mencium Eslaih, dan kedua media berita yang mempekerjakan Eslaih mengklaim telah langsung memecatnya.
Tak lama kemudian, orangtua lima korban serangan festival musik Nova mengajukan gugatan perdata untuk ganti rugi terhadap AP dan Reuters, karena mempekerjakan dan memanfaatkan jurnalis foto yang terlibat dengan organisasi teror, dengan menyebut Eslaih dalam gugatan tersebut.
Orangtua May Naim, Lotan Abir, Guy Gabriel, Shalev Madmoni, dan Shani Louk mengajukan gugatan di Pengadilan Distrik Yerusalem, meminta ganti rugi sekitar NIS 25 juta ($6,5 juta).
Gugatan tersebut menuduh jurnalis yang mengambil foto secara langsung selama serangan Hamas, menjadikan mereka sebagai komponen serangan, dan karena itu ia tidak melakukan pekerjaan jurnalistik yang sah.
Baik AP maupun Reuters tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang gugatan terhadap mereka. Foto-foto Eslaih dari jalur Gaza juga sempat digunakan oleh Getty Image, Sky News, dan New York Times.
Namun, minggu lalu, Reuters mengonfirmasikan kepada lembaga pengawas yang berkantor pusat di Yerusalem, HonestReporting, mereka telah menghapus gambar dari basis datanya yang diambil oleh sejumlah jurnalis foto Gaza termasuk Eslaih, karena hubungan mereka dengan organisasi teror.
“Ketika diberi tahu tentang kemungkinan masalah dengan konten tertentu dari satu organisasi berita di platform Reuters Connect, kami menyelidikinya dan menghapusnya, karena materi tersebut tidak mematuhi kebijakan konten mitra kami,” kata Reuters kepada HonestReporting.
Sejak pecah perang Israel dan militan Hamas di Jalur Gaza Oktober 2023 hingga awal April 2025 ini, sudah lebih dari 10 orang anggota teroris Hamas dan Jihad Islam, yang menggunakan identitas jurnalis atau wartawan tewas dibunuh pasukan Israel. Beberapa di antaranya bertugas sebagai jurnalis Al-Jazeera, media berbasis di Qatar.(P-Jeffry W).