Tonton Youtube BP

Indonesia krisis dokter spesialis, Presiden instruksikan buka 500 sentra pendidikan berbasis rumah sakit

Armin Mandika
16 Nov 2025 15:27
Kesra 0
3 minutes reading

PRIORITAS, 16/11/25 (Kupang): Indonesia saat ini kekurangan setidaknya 70.000 dokter spesialis. Demikian disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Kekurangan ini membuat distribusi tenaga medis tidak merata karena sebagian besar dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa.

“Masyarakat di daerah-daerah tersebut kerap mengalami kesulitan mendapatkan layanan kesehatan tingkat lanjut karena minimnya dokter spesialis,” kata Budi saat memberikan sambutan dalam kegiatan operasi perdana perluasan pelayanan stroke dengan tindakan Clipping, Colling dan Bypass Pembuluh Darah Otak, di Rumah Sakit Ben Mboi Kupang, Sabtu (15/11/25) sebagaimana dilansir dari detik.com.

Dikatakan Budi, dampak kekurangan tenaga ahli sangat terasa di wilayah seperti NTT, NTB, Kalimantan, Sulawesi, hingga kawasan Indonesia timur. “Kalau ada masalah kesehatan, nasibnya susah sekali,” katanya.

Guna mengatasi masalah ini, Presiden menginstruksikan Kementerian Kesehatan membuka 500 sentra pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit (hospital-based education) di seluruh Indonesia. Setiap sentra akan dilengkapi sarana, peralatan, dan fasilitas pembelajaran yang memadai.

“Arahan Presiden jelas, kita tidak boleh kekurangan dokter spesialis dan harus cepat menambah jumlahnya,” ungkap Budi secara virtual.

Sentra pendidikan

Untuk sentra pendidikan baru, kata Budi, akan dibuka di tingkat kabupaten, kota, hingga provinsi. Sehingga calon dokter spesialis tidak lagi harus berebut kesempatan dengan mahasiswa dari Jawa untuk masuk ke universitas besar seperti UI atau Unair.

“Peluangnya kecil sekali untuk masuk. Padahal yang kita butuhkan adalah memperbanyak dokter-dokter dari NTT untuk NTT, dari daerah untuk daerah,” katanya.

Karena itu mulai tahun depan, Kemenkes akan secara agresif membuka rumah-rumah sakit daerah sebagai sentra pendidikan dokter spesialis. Salah satunya adalah Rumah Sakit Ben Mboi Kupang, yang akan dijadikan pusat pendidikan minimal untuk tujuh spesialis dasar, ditambah spesialis saraf dan jantung.

“Saya akan segera minta Ben Mboi tahun depan menjadi sentra pendidikan minimal tujuh spesialis dasar, plus saraf dan jantung. Dan sebagian besar akan diisi putra-putri NTT, mungkin 90-95 persen dokter yang sekarang ada di RSUD di NTT,” ujarnya.

Lebih lanjut menurut Budi langkah ini penting agar dokter-dokter muda dari daerah dapat lebih cepat menyelesaikan pendidikan spesialis dan kembali melayani masyarakat di wilayahnya masing-masing.

Transformasi besar ini kata Budi, menghadapi penolakan dari sebagian kalangan akademisi. Kebijakan pendidikan spesialis di rumah sakit digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK), termasuk demonstrasi sejumlah guru besar fakultas kedokteran.

“Masih banyak pihak yang belum paham. Kami digugat di MK oleh Universitas Jenderal Soedirman, termasuk demo dari beberapa guru besar fakultas kedokteran yang merasa aneh kok pendidikan dibuka di rumah sakit, bukan di fakultas kedokteran,” katanya.

Namun menurutnya, model pendidikan spesialis berbasis rumah sakit justru merupakan standar internasional. Walaupun adanya perubahan dan dinilai mengganggu oknum tertentu, namun jika tidak dilakukan maka daerah akan kesulitan untuk mendapatkan dokter spesialis.

“Di luar negeri, pendidikan dokter spesialis itu memang dilakukan di rumah sakit. Memang perubahan ini mengganggu beberapa orang, tapi jika tidak kita lakukan, tidak mungkin rumah sakit di daerah akan mendapatkan dokter spesialis yang cukup,” ujarnya. (P-*r/am)

 

 

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x