30.6 C
Jakarta
Thursday, December 12, 2024

    Indonesia bakal jadi ‘raja emas’ batangan, Freeport produksi 60 ton per tahun

    Terkait

    PRIORITAS, 9/12/24 (Jakarta): Beberapa bank di Indonesia telah diusulkan untuk menjadi ‘bank emas‘ atau bullion bank.

    Sebagaimana dikemukakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, pihaknya memang telah mengusulkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), supaya Bank Rakyat Indonesia (BRI) maupun Bank Syariah Indonesia (BSI) berperan sebagai pengelola bank emas atau bullion bank.

    “Jadi, saya kira ini awal mula beberapa bank akan menjadi bullion bank. Saya mengusulkan kepada OJK, minimal BRI yang merupakan holding Pegadaian, dan juga Bank Syariah Indonesia, agar dapat menjadi tuan rumah sebagai bank emas batangan di Indonesia,” kata Airlangga dalam acara Indonesia Special Economic Zone Forum 2024, Jakarta, Senin (9/12/24).

    Dikatakannya lagi, Indonesia sudah seharusnya kini memiliki bullion bank sendiri karena telah mampu memproduksi emas batangan seberat 60 juta ton per tahun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik mulai tahun ini.

    Diketahui, sejak 1967 hanya bisa mengekspor tembaga 30 juta ton ke Spanyol dan Jepang untuk diolah menjadi emas batangan.

    “Anda bisa bayangkan dari 1967 sampai 2024, dari Freeport, kita menghasilkan emas mendekati nol. Jadi, produksi tembaga bisa menghasilkan 30 ton. Jadi, 30 ton itu dibagi antara Spanyol dan Jepang. Jadi, kali ini untuk pertama kalinya di Gresik bisa diproduksi emas sebanyak 60 ton,” ujarnya.

    Ini menjadikan Indonesia diperkirakan oleh berbagai analis, bakal menjadi ‘raja emas’ batangan.

    Industri perhiasan

    Airlangga selanjutnya mengatakan, dengan kemampuan produksi emas batangan seberat 60 juta ton pertahun, dan keberadaan stok emas di PT Pegadaian seberat 70 ton, tak ada alasan Indonesia tidak mau membuat bullion bank sendiri. Keberadaan bullion bank menurutnya juga akan berguna bagi industri perhiasan.

    “Jadi, Indonesia melalui OJK, kita juga sedang mengembangkan apa yang kita sebut bullion bank. Bank yang bisa menilai stok emas. Dulu, stok emas itu kita hanya taruh di gudang. Dan kita hanya mencatat tonasenya saja, tidak nilainya. Bank-bank lain, termasuk di Singapura, banyak bank yang memasukkan emasnya ke neraca,” tegas Airlangga.

    “Itu sebabnya dulu, biasanya industri perhiasan hanya mendapatkan biaya produksi, CMT, tolling, emasnya di Singapura. Mereka tolling di Surabaya dan mengirimnya kembali ke Singapura. Jadi, kita tidak mendapatkan nilai penuh dari emas yang dihasilkan di industri manufaktur Indonesia,” ungkapnya, seperti dilansir CNBCIndonesia.com.

    Di bagian lain, ia melanjutkan, sudah jamak diketahui, emas menjadi komoditas utama incaran investasi saat krisis, karena dianggap sebagai aset yang aman. Jadi, Indonesia menurutnya harus bisa mengelola secara mandiri aset-aset emasnya di bullion bank.

    “Kita tahu bahwa emas merupakan bagian dari investasi safe haven di saat krisis. Dan dalam lima tahun terakhir ini, kita mengalami begitu banyak krisis. Saya kira tidak bijaksana jika kita tidak memanfaatkan kekuatan kita sendiri,” ucap Airlangga Hartarto. (P-jr)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini