30 C
Jakarta
Friday, July 11, 2025

    Militan Hamas setuju bebaskan sandera AS-Israel hari ini

    Terkait

    PRIORITAS, 12/5/25 (Tel Aviv): Militan Hamas setuju membebaskan satu sandera warga negara ganda AS-Israel, Edan Alexander (21 tahun) hari Senin ini, waktu setempat. Pembebasannya akan dilakukan tanpa ada upacara serah terima.

    Dengan pembebasan ini, Alexander telah ditahan selama 584 hari sejak dia diculik di bawah todongan senjata di Nahal Oz, saat terjadi penyerangan militan Hamas dan kelompoknya pada 7 Oktober 2023 lalu.

    Militer Israel (IDF) Ā hanya akan memfasilitasi koridor aman di Jalur Gaza untuk pembebasannya, namun serangan di tempat lain tetap dilakukan. Demikian seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Times of Israel, hari Senin sore (12/5/25).

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan sedang mempertimbangkan akan membawa sandera Alexander yang dibebaskan ke Qatar untuk bertemu Presiden Donald Trump.

    Trump saat ini sedang melakukan kunjungan beberapa hari ke Timur Tengah termasuk ke Qatar.

    Edan Alexander, seorang tentara IDF Israel telah menjadi pusat upaya AS selama berbulan-bulan, untuk mengamankan kesepakatan pembebasannya.

    Presiden Donald Trump berharap untuk mengumumkan pembebasan Alexander dalam pidato kenegaraannya Maret lalu, tetapi momen itu tidak pernah datang.

    Kini, dua bulan kemudian, militan Hamas telah setuju untuk membebaskan Alexander setelah melakukan pembicaraan langsung dengan utusan khusus Steve Witkoff.

    Orang tua Alexander sudah diberi tahu tentang pembebasan yang diharapkan akan dilakukan dalam waktu 48 jam.

    Brigade Golani

    Edan, adalah putra pasangan Yael dan Adi Alexander, tumbuh besar di Tenafly, New Jersey Amerika Serikat.

    Sebagai anak tertua dari tiga bersaudara, ia adalah perenang kompetitif di sekolah menengah dan penggemar olahraga ekstrem.

    Setelah lulus, ia berimigrasi ke Israel dan tinggal bersama kakek-neneknya di Tel Aviv. Ia mendaftar di Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dan bertugas di Brigade Golani.

    Pada tanggal 7 Oktober 2023, meskipun ibunya datang dari Amerika Serikat, Edan memilih untuk tetap bertugas di markasnya di Israel selatan.

    Ia ingin mendampingi rekan-rekannya. Saat militan Hamas dan Jihad Islam melakukan serangan dan pembantaian di festival musik Nova itu, ia berhasil menghubungi ibunya melalui telepon.

    ā€œIa mengatakan ia melihat kejadian seperti di Perang Dunia II. Helmnya terkena pecahan peluru, tetapi ia mengatakan ia baik-baik sajaā€, kenang Yael.

    ā€œDia terdengar sibuk dan stres. Saya memintanya untuk mengurus dirinya sendiri,ā€ imbuhnya. ā€œSaya katakan kepadanya, ‘Aku di sini bersamamu, jangan khawatir. Aku mencintaimu.’ā€ Itulah terakhir kali orangtua mendengar suaranya.

    Setelah kehilangan kontak, Yael menelepon suaminya. Bersama-sama, keluarga tersebut mulai mengumpulkan informasi apa pun yang bisa mereka sampaikan kepada pihak berwenang, karena sangat ingin mengetahui apa yang terjadi pada putra mereka.

    Pada bulan Juli, Yael menerima tanda kehidupan dari Edan. ā€œPutra saya, yang mengira dirinya melakukan hal yang paling terhormat—membela Israel— tapi telah kehilangan kontaknya dengan pemerintah setelah ia diculikā€, keluh Yael.

    Dijemput ibunya

    Sejak saat itu, keluarga Alexander telah menerima tanda-tanda kehidupan lainnya, termasuk klip video yang memperlihatkan Edan meminta untuk dibebaskan.

    Sekarang, ibu Edan Alexander dan dua saudaranya dalam penerbangan ke Israel, untuk bertemu kembali dan menjemput putranya.

    Alexander adalah sandera Amerika terakhir yang diketahui masih hidup yang ditawan Hamas.

    Kelompok tersebut juga menahan jenazah empat warga negara AS lainnya—Itay Chen, Gadi Haggai, Judi Weinstein Haggai, dan Omer Neutra—dan negosiasi untuk pemulangan mereka masih terus berlanjut.

    Militan Hamas mengatakan pada hari Minggu, pembebasan Edan Alexander menandai terobosan potensial dalam upaya mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza yang dilanda perang.

    Kelompok teror itu uga mengumumkan pembebasan sandera sebagai bagian dari langkah-langkah terkait dengan upaya untuk membuka penyeberangan perbatasan dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan.

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya hanya berkomitmen untuk menyediakan koridor aman, untuk pemindahan sandera Israel-Amerika tersebut.

    Namun Ā negosiasi lebih lanjut yang sementara dilakukan tetap di bawah tekanan perang.

    Israel juga menyebutkan pembebasan sandera itu, tanpa mendapatkan imbalan apa pun dan berkat tekanan militer pasukan IDF di Jalur Gaza.

    Alexander akan menjadi sandera 34 yang dibebaskan militan Hamas selama ini. Berarti masih tersisa 58 sandera yang ditawan militan Hamas. Sebanyak 23 diyakini masih hidup, sedangkan 35 lainnya sudah tewas. (P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini