China kesulitan dorong konsumsi karena generasi muda pilih hidup hemat di tengah pengangguran tinggi dan krisis properti, hambat pertumbuhan ekonomi. (Google)PRIORITAS, 13/11/25 (China): Generasi muda di China mengadopsi gaya hidup hemat. Tidak mengherankan China sedang menghadapi berbagai tantangan ekonomi. Para pejabat menilai rendahnya konsumsi domestik di banyak lapisan masyarakat menjadi penghambat utama pertumbuhan.
Pemerintah berharap generasi muda bisa mulai lebih banyak berbelanja untuk mendorong pertumbuhan. Namun, upaya itu belum membuahkan hasil. Mereka yang sudah bekerja khawatir kehilangan pekerjaan, sementara krisis properti membuat kepemilikan rumah terasa semakin jauh dari jangkauan, terutama di kota-kota besar.
Ketidakpastian ini mendorong banyak generasi muda untuk mengadopsi gaya hidup hemat, dan media sosial pun dipenuhi dengan tips bertahan hidup dengan uang terbatas. Sementara itu, para lulusan baru memiliki banyak alasan untuk berhati-hati. Tingkat pengangguran di kalangan muda sudah berada di bawah 20% selama beberapa waktu.
Salah satu contohnya adalah Zhang, seorang influencer berusia 24 tahun yang dikenal sebagai Zhang Small Grain of Rice, yang menampilkan konten gaya hidup minimalis. Zhang menggunakan satu batang sabun untuk semua kebutuhan kebersihan pribadi, alih-alih membeli produk perawatan mahal. Ia juga memamerkan tas dan pakaian yang menurutnya memiliki nilai lebih karena tahan lama.
Zhang dibayar oleh perusahaan untuk menampilkan produk mereka kepada 97.000 pengikutnya di platform Xiaohongshu. “Saya berharap lebih banyak orang memahami jebakan konsumsi sehingga bisa menabung. Ini akan mengurangi stres dan membuat hidup lebih rileks,” ujarnya dikutip BBC, Kamis (13/11/25).
Konten hemat makanan populer
Selain itu, konten hemat makanan juga populer. Seorang pria berusia 29 tahun yang menggunakan nama Little Grass Floating In Beijing membuat video menyiapkan makanan sederhana, dengan dua kali makan hanya menghabiskan sekitar US$ 1 (Rp 16.000).
Ia bekerja di perusahaan penjualan online dan mengaku gaya hidup sederhana membuatnya berhasil menabung lebih dari US$ 180.000 (Rp 2,9 miliar) selama enam tahun. Ketika ditanya apakah ia berharap istri dan anaknya hidup dengan cara yang sama di masa depan, jawabannya sederhana, “Saya tidak tahu.”
China dikenal sebagai ekonomi tangguh, mampu bertahan dari pandemi dan perang dagang dengan Amerika Serikat. Namun, analis menilai negara ini akan menghadapi tantangan serius jika konsumsi domestik tidak meningkat. Berbeda dengan Amerika Serikat, di mana masyarakat cenderung menumpuk utang kartu kredit, orang-orang di China lebih cenderung menabung daripada berbelanja, apalagi ketika kondisi ekonomi sulit.
Saat ini, konsumsi rumah tangga di China hanya sekitar 39% dari PDB, jauh di bawah rata-rata 60% di negara maju.
Salah satu faktor adalah sikap generasi muda yang lebih pesimis dibanding era 1990-an dan awal 2000-an. Seorang perempuan muda di Beijing mengatakan, “Saat ini, menghasilkan uang lebih penting bagi saya. Saya harus menambah sumber penghasilan dan menekan pengeluaran. Gaji saya juga dipotong setelah pindah kerja, dan saya tidak tahu berapa lama pekerjaan baru ini bisa bertahan. Lingkungan ekonomi yang buruk membuat orang merasa down karena penghasilan kami sedikit, dan mencari pekerjaan pun sulit.”
Tingkat pengangguran muda yang tinggi memberi perusahaan peluang menurunkan gaji, karena pekerja dihadapkan pada pilihan menerima upah rendah atau bersaing di pasar kerja yang ketat. Tantangan lain muncul dari peralihan China ke ekonomi teknologi tinggi, di mana banyak industri baru tidak memerlukan banyak tenaga kerja.
Ekonom George Magnus dari Oxford University mencatat banyak lulusan universitastermasuk yang bergelar master—terpaksa bekerja sebagai pengantar barang. Ia mengatakan, “Ini mencerminkan ketidakcocokan antara kualifikasi pendidikan dan permintaan tenaga kerja.”
Helena Lofgren dari Swedish Institute of International Affairs menilai ekonomi China terlalu bergantung pada investasi di industri tertentu dan ekspor, sementara konsumsi domestik yang lebih besar penting untuk menjaga kesehatan ekonomi. Influencer Zhang menambahkan bahwa budaya hidup hemat telah mengakar dalam masyarakat China.
“Generasi kakek saya sangat hemat. Menjadi ekonomis adalah bagian dari tradisi China. Bagi orang China, hidup hemat sudah ada di dalam darah,” ujarnya seperti dikutip dari Beritasatu.com. Upaya pemerintah mendorong konsumsi melalui insentif mengganti mobil, peralatan rumah tangga, dan barang lainnya belum cukup signifikan meningkatkan belanja masyarakat.
Para analis menilai optimisme generasi muda perlu ditingkatkan, misalnya dengan memperbaiki jaring pengaman sosial atau menaikkan upah minimum. Tanpa itu, risiko deflasi dan konsumsi yang terlalu rendah bisa menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang. (P-wr)
No Comments