PRIORITAS, 19/4/25 (Sanaa): Sebanyak 80 orang tewas dalam serangan bom Amerika Serikat terhadap depot bahan bakar teroris Houthi di Ras Issa Hodeidah, Yaman. Kelompok Houthi marah dan mengecam serangan ini. Mereka menyebutnya sebagai agresi negara asing.
“Jumlah korban tewas akibat serangan AS terhadap depot bahan bakar Ras Issa di Hodeidah telah meningkat menjadi 80 orang. Selain itu 150 orang lainnya terluka”, kata Houthi dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Ynetnews dan The Independent, hari Sabtu (19/4/25).
Serangan udara di pelabuhan minyak yang dikuasai pemberontak Houthi Yaman ini, menandai serangan paling mematikan yang dilancarkan Presiden Donald Trump sejak 15 Maret 2025, untuk menargetkan para pemberontak di negara itu.
Militer AS hanya mengatakan serangan tersebut telah membunuh para teroris Houthi dukungan Iran, yang selama ini melakukan teror dengan menembakkan roket dan rudal terhadap kapal-kapal komersil yang melewati laut merah. Kelompok Houthi juga sering meluncurkan rudal ke Israel.
“Pasukan AS mengambil tindakan untuk menghilangkan sumber bahan bakar bagi teroris Houthi yang didukung Iran dan merampas pendapatan ilegal, yang telah mendanai upaya Houthi untuk meneror seluruh wilayah selama lebih dari 10 tahun”, kata pernyataan United States Central Command (Centcom) atau Komando Pusat AS di Timur Tengah.
Bola api besar
AS tidak mengakui adanya korban jiwa dari serangan itu atau memberikan taksiran kerusakan apa pun. “Serangan ini tidak dimaksudkan untuk melukai rakyat Yaman, yang ingin melepaskan diri dari penindasan Houthi dan hidup damai,” tambah Centcom.
Namun pemberontak Houthi tidak menerima serangan militer AS ke posisi strategis mereka itu. “Ini agresi yang sama sekali tidak dapat dibenarkan. Serangan ini menargetkan fasilitas sipil vital, yang telah melayani rakyat Yaman selama beberapa dekade,” ujar kelompok Houthi.
Warga setempat menyebutkan serangan terhadap pelabuhan Ras Isa, telah mengakibatkan bola-bola api besar melesat ke langit malam. Citra satelit dari Planet Labs PBC menunjukkan tangki-tangki minyak dan belasan kendaraan truk hancur di pelabuhan.
Saluran berita satelit milik Houthi, al-Masirah, menayangkan rekaman akibat serangan AS tersebut, yang menunjukkan mayat-mayat berserakan di lokasi kejadian dan truk-truk tangki yang hancur terbakar.
Alami kerugian besar
Serangan AS ke pelabuhan Ras Isa, telah menyebabkan kerugian sangat besar dan melumpuhkan aktivitas Houthi. Pelabuhan ini menjadi andalan kelompok Houthi, karena memiliki kumpulan tangki minyak dan peralatan penyulingan, serta terletak di lepas Pulau Kamaran provinsi Hodeida di sepanjang Laut Merah.
Pelabuhan tersebut juga merupakan terminal jaringan pipa minyak terbesar, yang membentang ke provinsi Marib yang kaya energi di Yaman dan masih dikuasai oleh sekutu pemerintah Yaman yang diasingkan.
Kelompok Houthi mengusir pemerintah tersebut dari ibu kota Yaman, Sanaa, pada tahun 2014. Kelompok Houthi dengan bantuan Iran, telah menggunakan pelabuhan Ras Isa untuk mendatangkan minyak. Ras Isa memasok bensin, solar, dan gas minyak cair untuk pemberontak Houthi.
Didukung satelit China
AS menuduh perusahaan satelit China terlibat secara langsung mendukung kelompok teror Houthi tersebut. Menurut AS, dukungan Beijing tersebut bertentangan dengan klaim mereka sebagai pendukung perdamaian.
Juru bicara Departemen Luar Negeri, Tammy Bruce, dalam sebuah taklimat kepada wartawan, mengungkapkan Chang Guang Satellite Technology Co. Ltd. milik China, secara langsung mendukung serangan teroris Houthi, yang didukung Iran terhadap kepentingan AS.
Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi kepada perusahaan tersebut pada tahun 2023, karena diduga memberikan citra satelit kepada pasukan bayaran Rusia, Wagner Group, saat mereka bertempur di Ukraina.
Sejak pecah perang Israel dan militan Hamas di Jalur Gaza, pemberontak Houthi telah menyerang lebih dari 100 kapal dagang dengan rudal dan pesawat nirawak. Dua kapal komersil tenggelam dan menewaskan empat pelaut, sejak November 2023 hingga Januari tahun ini.
Hal itu telah sangat mengurangi arus perdagangan melalui koridor Laut Merah, yang biasanya dilalui barang senilai $1 triliun. Kelompok Houthi juga melancarkan serangan yang menargetkan kapal perang Amerika namun tidak berhasil. (P-Jeffry W)