29.3 C
Jakarta
Monday, June 16, 2025

    Ada dugaan Mossad pelaku ledakan besar di pelabuhan Iran

    Terkait

    PRIORITAS, 27/4/25 (Teheran): Dinas Rahasia Israel, Mossad, diduga melakukan sabotase dengan meledakkan sejumlah kontener berisi bahan bakar peluru kendali (Rudal) Iran,  di pelabuhan Shahid Rajaei di bandar Abbas, hari Sabtu (26/4/25) kemarin.

    Data terbaru sebanyak 25 orang tewas dan 1.135 orang mengalami luka-luka akibat ledakan hebat di pelabuhan petikemas tersebut, yang menyebabkan awan cendawan hitam raksasa ke angkasa.

    “Tidak berarti hipotesis sabotase dapat sepenuhnya ditolak. Skenario lain yang masuk akal adalah, jika sabotase memang terjadi, itu mungkin merupakan pekerjaan Mossad dengan koordinasi Amerika”, lapor media setempat WANA Iran, seperti dikutip Beritaprioritas.com, hari Minggu malam (27/4/25).

    Bandar Abbas memang menjadi lokasi pangkalan angkatan laut utama Korps Garda Revolusi Islam (IRGC). Seorang sumber di korps tersebut mengatakan kepada New York Times, kontainer-kontainer berisi bahan kimia untuk rudal tersebut, terbakar dan meledak.

    “Jika hipotesis ini terbukti benar, maka sabotase di pelabuhan peti kemas terbesar Iran ini, memiliki bobot simbolis dan ekonomi yang signifikan, mengingat pukulan yang ditimbulkannya terhadap infrastruktur perdagangan Iran”, jelas WANA Iran.

    Pernah diserang Israel

    Pada tahun 2020, pelabuhan Iran tersebut sempat ditutup setelah serangan siber yang diduga dilakukan Israel. Serangan tersebut mengganggu operasi selama tiga hari dan menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan.

    Serangan Israel itu, dilaporkan sebagai balasan atas upaya Iran untuk menargetkan sistem desalinasi dan pembuangan air limbah Israel.

    Perwakilan resmi pemerintah Iran, Fatemeh Mohajerani, mengatakan ada banyak sekali orang yang terluka akibat ledakan di pelabuhan itu. “Ada 1.139 permintaan bantuan medis,” kata Mohajerani di media sosial X hari Minggu.

    Sejauh ini belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Iran, soal dugaan sabotase pihak asing. Namun, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengakui dinas keamanan negaranya dalam keadaan siaga tinggi.

    “Mengingat contoh-contoh sebelumnya tentang upaya sabotase dan operasi pembunuhan, yang dirancang untuk memancing tanggapan yang sah”, katanya.

    Dua kapal bahan kimia

    Pihak berwenang Iran juga belum mengungkapkan kontainer mana yang meledak. Namun, firma keamanan swasta, Ambrey, melaporkan dalam beberapa bulan terakhir ada dua kapal China berlabuh di pelabuhan tersebut,  membawa natrium perklorat.

    Bahan kimia yang diproduksi di China itu, sebagai komponen utama bahan bakar roket padat untuk rudal balistik Iran.

    Satu kapal, Golbon, tiba di Bandar Abbas pada bulan Februari 2025, diikuti oleh kapal lain, Jeyran, pada akhir Maret 2025 lalu.

    Sumber intelijen mengatakan pada bulan itu kapal Golbon mengirimkan sekitar 1.000 ton natrium perklorat, bahan kimia yang dianggap penting untuk program rudal jarak menengah Iran.

    Bahan kimia tersebut diperoleh divisi pengadaan Organisasi Jihad Swasembada Iran (SSJO), salah satu badan yang bertanggung jawab untuk mengembangkan rudal balistik negara tersebut. Kemudian kapal Jeyran dilaporkan mengirimkan tambahan 1.000 ton bahan kimia yang sama.

    Menurut media Ynetnews, meskipun Amerika Serikat telah memberikan sanksi kepada kedua kapal tersebut, mereka berhasil mencapai Bandar Abbas Iran.

    Serangan ke Israel

    Bahan kimia tersebut sangat penting bagi Iran untuk memproduksi bahan bakar padat untuk rudal seperti Kheibar Shekan dan Haj Qassem.

    Rudal Kheibar Shekan memiliki jangkauan sekitar 1.450 kilometer (900 mil), sedangkan Haj Qassem dapat mencapai sekitar 1.400 kilometer (870 mil).

    Bahan bakar itu akan digunakan untuk mengisi kembali persediaan rudal Iran, yang telah habis akibat serangan langsungnya terhadap Israel selama perang dengan Hamas di Jalur Gaza.

    Pada bulan April 2024 lalu, Iran menembakkan puluhan rudal Kheibar Shekan ke Israel, dan sisa-sisa proyektil dari setidaknya satu rudal tersebut, juga diidentifikasi setelah serangan kedua pada bulan Oktober 2024.

    Kantor berita pemerintah Iran, IRNA, mengatakan Administrasi Bea Cukai Iran menyalahkan tumpukan barang berbahaya dan bahan kimia, yang disimpan di area pelabuhan.

    Tidak jelas mengapa Iran tidak memindahkan bahan kimia dari pelabuhan tersebut, terutama setelah ledakan pelabuhan Beirut Lebanon pada tahun 2020.

    Ledakan di Beirut itu, terjadi karena adanya percikan api mengena ratusan ton amonium nitrat yang sangat mudah meledak, menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai lebih dari 6.000 orang lainnya

    Minta bantuan Rusia

    Hingga hari Minggu, kebakaran masih terus terjadi. Terdapat sekitar empat titik ledakan yang menyebabkan api sulit dipadamkan, meskipun Iran sudah mengerahkan helikopter dan pesawat waterboom.

    Pemerintah Iran bahkan sudah meminta bantuan Rusia. Presiden Vladimir Putin langsung mengirimkan sejumlah pesawat dan puluhan personil khusus pemadam kebakaran.

    Ledakan besar ini terjadi tepat saat Iran dan Amerika Serikat bertemu pada hari Sabtu di Oman untuk putaran ketiga perundingan mengenai program nuklir Teheran yang berkembang pesat.

    Pelabuhan Shahid Rajaei di provinsi Hormozgan terletak sekitar 1.050 kilometer di tenggara ibu kota Iran, Teheran, di Selat Hormuz, muara sempit Teluk Persia yang dilalui 20 persen dari seluruh minyak yang diperdagangkan. (P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini