Ilustrasi perempuan berjalan di trotoar. (Dok/’Courtessy’ Media Indonesia)PRIORITAS, 20/11/25 (Jakarta): Berdasarkan hasil studi terbaru, perempuan berisiko kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi berbasis kecerdasan buatan (AI) dan memiliki kemungkinan 20 persen lebih kecil untuk menggunakan perangkat artificial intelligence (AI) generatif ketimbang laki-laki.
Disebutkan, perempuan diperingatkan bisa “tertinggal” oleh kemajuan teknologi setelah studi itu menunjukkan mereka dua kali lebih mungkin menempati pekerjaan yang terancam oleh AI, harian The Independent melaporkan pada Rabu (19/11/25) kemarin.
Rentan kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi
Selanjutnya temuan itu menunjukkan, pekerjaan yang “didominasi perempuan” seperti administrasi, pembukuan, kasir, dan staf kantor, lebih rentan kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi.
Selain itu, studi itu juga mengungkapkan, perempuan 20 persen lebih kecil kemungkinannya menggunakan alat AI generatif daripada laki-laki. Sehingga membuat mereka memiliki kesempatan yang lebih kecil dalam pekerjaan yang bergantung pada AI.
Menanggung akibat dari kebangkitan AI
Berdasarkan laporan “AI Gender Gap” yang dilakukan perusahaan konsultan Credera, hanya 22 persen dari talenta AI global ialah perempuan.
Adapun Supermums, lembaga sosial yang membantu perempuan memasuki dunia teknologi, memperingatkan, temuan itu menunjukkan “risiko nyata perempuan akan tertinggal” seiring kemajuan teknologi.
Sementara Heather Black, pendiri Supermums, mengatakan, para ibu khususnya berisiko “menjadi pihak yang menanggung konsekuensi dari kebangkitan AI.”
“Pada dasarnya, perempuan, terutama para ibu, akan menjadi pihak yang menanggung akibat dari kebangkitan AI,” katanya, seperti dikutip surat kabar daring Inggris tersebut.
“AI akan tetap ada terlepas kita menggunakannya atau tidak, sehingga mempelajari bagaimana cara kerjanya dan bagaimana memanfaatkannya adalah hal yang penting.” Demikian Antara melansir Anadolu. (P-*r/jr)
No Comments