Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (Antara)PRIORITAS, 17/11/25 (Jakarta): Pemerintah menyebut proses finalisasi negosiasi tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sudah berada di tahap penutupan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menuturkan, pembahasan tersebut ditargetkan rampung tahun ini. Ia mengatakan seluruh dokumen teknis pada prinsipnya telah disepakati kedua negara, dan kini hanya menunggu penyesuaian pada legal drafting sebelum resmi diberlakukan.
“Hampir semua teks sudah kita bahas, dan sudah kita kirimkan ke pihak Amerika. Proses berikutnya tinggal finalisasi legal drafting di kedua belah pihak,” imbuh Airlangga, Senin (17/11/25).
Mitra tetap positif
Airlangga menuturkan, negara-negara lain, termasuk Inggris, tidak menyampaikan keberatan atas rencana pemberian tarif khusus itu. Ia menyebut respons para mitra tetap positif, meski wajar jika kemudian muncul keinginan dari negara lain untuk memperoleh fasilitas yang sama.
“Tidak ada protes. Saya sudah berbicara dengan Inggris. Tetapi kalau kita memberikan fasilitas kepada satu negara, wajar kalau negara lain juga menginginkan hal tersebut,” imbuhnya, sebagaimana dikutip dari Antara.
Ia menekankan, Indonesia tetap memiliki berbagai kerangka kerja sama perdagangan dengan mitra global, seperti CEPA dengan Uni Eropa, Kanada, hingga China. Dengan demikian, dinamika hubungan dagang dapat dikelola secara kondusif tanpa memicu ketegangan.
Tarif nol persen
Dalam kerja sama dengan AS, beberapa komoditas Indonesia yang tidak diproduksi di Amerika dipastikan mendapatkan tarif nol persen, seperti CPO, karet, teh, kopi, dan berbagai produk turunan karet. Adapun pembahasan tarif untuk produk tekstil dan alas kaki masih berlangsung.
AS sebelumnya menyepakati penurunan tarif sejumlah produk Indonesia, dari rencana awal sebesar 32 persen turun menjadi 19 persen.
Sebagai bagian dari negosiasi, Indonesia menyatakan siap meningkatkan impor dari AS untuk membantu menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara. Indonesia berencana mengimpor energi dari AS hingga US$15 miliar dan menargetkan impor produk pertanian sebesar US$4,5 miliar.
Di bidang investasi, kedua negara juga menyepakati pembangunan fasilitas blue ammonia di AS senilai US$10 miliar, serta peningkatan investasi untuk sejumlah proyek di Indonesia.
Dengan rangkaian kerja sama perdagangan dan investasi itu, Airlangga yakin neraca dagang Indonesia dan AS akan kembali stabil dan berada pada posisi yang lebih seimbang. (P-Zamir)
No Comments