Gedung Bursa Efek Indonesia. (Beritaprioritas/Zamir Ambia)PRIORITAS, 28/10/25 (Jakarta): Pasar saham Indonesia menghadapi periode penuh ketidakpastian menjelang akhir tahun, dengan prospek untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di persimpangan antara potensi kenaikan serta risiko konsolidasi.
Beberapa analis menilai, IHSG bisa bullish dalam skenario optimistis: misalnya, dalam skenario positif disebutkan indeks dapat menembus ke kisaran 8.246 pada akhir 2025. Namun di sisi lain, terdapat pula skenario yang lebih moderat atau bahkan cenderung bearish/sideways dengan target hanya di kisaran 8.100 atau masih bergerak mendatar hingga akhir tahun.
Salah satu faktor penghambat potensi kenaikan adalah, IHSG telah mencapai rekor tertinggi baru, namun belum mampu mempertahankan momentum – “terbatas tindak lanjut” setelah all-time high disebut sebagai salah satu titik lemah pasar. Pelaku pasar pun disebut dalam posisi menunggu (“wait and see”) terhadap kebijakan moneter domestik serta perkembangan global seperti suku bunga Amerika Serikat dan risiko geopolitik.
Defisit fiskal yang membesar
Dari sisi domestik, tekanan datang melalui pelemahan rupiah serta potensi defisit fiskal yang membesar, yang dapat menurunkan daya tarik aset Indonesia bagi investor asing. Sementara itu, kredibilitas angka–angka keuangan korporasi juga menjadi sorotan : pada semester I 2025 laba banyak perusahaan tumbuh lemah sehingga menurunkan ekspektasi pertumbuhan laba secara keseluruhan.
Meski demikian, dalam skenario optimistis masih terdapat ruang kenaikan apabila risiko global terkendali serta arus dana asing kembali positif. Misalnya, pernyataan dari Purbaya Yudhi Sadewa (Menteri Keuangan) menyebut, IHSG berpotensi menembus angka 9.000 pada akhir tahun, mencerminkan optimisme pemerintah.
Berdasarkan analisis teknikal, indikator‐momentum menunjukkan sebagian masih mendukung tren naik, namun rata–rata pergerakan telah menjadi lebih hati-hati. Situasi ini menandakan, tren bull jangka panjang masih mungkin, tetapi ruang untuk koreksi atau konsolidasi cukup terbuka.
Kesimpulan
Dengan demikian, kesimpulan sementara: arah IHSG menuju akhir tahun cenderung netral ke bullish ringan, bukan rally agresif, namun bukan pula penurunan tajam. Pilihan yang paling realistis adalah konsolidasi pada rentang 8.100-8.300 dengan peluang upside terbatas jika katalis positif muncul.
Investor disarankan menjaga likuiditas memadai serta memperhatikan saham‐saham defensif sambil memonitor sentimen arus asing serta kebijakan suku bunga sebagai penggerak kunci.
Risiko terbesar tetap berasal dari eksternal (geopolitik, kebijakan moneter global) serta internal (defisit fiskal, rupiah menguat/lemah, arus modal keluar). Jika satu atau beberapa dari risiko tersebut mewujud, potensi downside bisa terjadi. Sebaliknya, bila skenario optimis terwujud maka breakout di atas 8.300 hingga mendekati 8.500-9.000 tidak bisa diabaikan. (P-*r/Zamir Ambia)
No Comments