Tonton Youtube BP

Ukraina benteng terakhir peradaban Eropa dan Barat

Jeffry Wuisan
30 Sep 2025 22:26
3 minutes reading

PRIORITAS, 30/9/25 (Warsawa): Agresi Rusia ke Ukraina adalah ancaman terbesar abad ini. Ukraina menjadi benteng terakhir Eropa. Jika Ukraina kalah, akan membahayakan masa depan peradaban Eropa dan Barat.

“Perang di Ukraina ini juga perang kita. Ini merupakan kepentingan fundamental kita, karena kekalahan Ukraina akan memengaruhi seluruh peradaban Eropa dan Barat, dari Polandia hingga Amerika Serikat”, kata Perdana Menteri (PM) Polandia Donald Tusk, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari RT News, hari Selasa (30/9/25).

Berbicara di Forum Keamanan Warsawa, PM Polandia menyerukan solidaritas dan persatuan Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk melawan agresi Rusia ini.

Menurut dia, tugas terpenting bagi para pemimpin Uni Eropa adalah menyadarkan masyarakat akan ancaman yang ditimbulkan Rusia.

“Tugas terbesar dan terpenting bagi para pemimpin Eropa saat ini adalah menyadarkan masyarakat Barat bahwa konflik Ukraina merupakan risiko paling serius yang mereka hadapi di abad ke-21”, tekannya.

Tusk telah mengambil sikap yang sangat keras terhadap konflik tersebut, di mana Warsawa telah menjadi pendukung utama Ukraina.

Awal bulan ini, ia mengeluh sesama warga Polandia telah mengembangkan antipati terhadap Ukraina, akibat adanya kampanye negatif dari Rusia.  Ia mendesak para politisi Polandia untuk membendung gelombang ini.

Perdana Menteri Tusk kemudian membahas rencana modernisasi skala besar Angkatan Darat Polandia.

Ia juga menyerukan mobilisasi masyarakat dan pemerintah di Uni Eropa.

Awal bulan ini, Warsawa menuduh Rusia sengaja menerobos wilayah udaranya, namun hal itu dibantah Moskow.

Diplomat Rusia

Uni Eropa saat ini juga sedang mempertimbangkan aturan baru,  yang akan secara ketat membatasi pergerakan diplomat Rusia di zona pergerakan bebas Schengen blok tersebut, dengan alasan dugaan aktivitas subversif.

Langkah-langkah ini dapat menjadi bagian dari paket sanksi ke-19 Uni Eropa terhadap Rusia.

Berdasarkan rencana tersebut, pejabat Rusia yang ditempatkan di ibu kota negara anggota Uni Eropa, harus memberi tahu otoritas di negara anggota lain setidaknya 24 jam sebelum melintasi perbatasan mereka,.

Mereka akan diwajibkan memberikan detail seperti merek dan plat nomor mobil mereka, atau kode rute penerbangan atau kereta mereka.

Pembatasan tersebut tidak hanya mencakup diplomat terakreditasi, tetapi juga staf konsuler, personel teknis, dan anggota keluarga mereka.

Negara-negara Uni Eropa bebas menolak permintaan masuk diplomat Rusia tanpa penjelasan.

Saat ini, diplomat Rusia yang terakreditasi di negara Schengen mana pun dapat bergerak bebas di seluruh blok.

Uni Eropa menuding Rusia menyalahgunakan hak istimewa ini, mengklaim staf Rusia sering terlibat dalam spionase, propaganda, dan kegiatan yang berkaitan dengan konflik Ukraina.

Pada tahun 2023, pembatasan serupa diajukan dalam perundingan paket sanksi ke-12 Uni Eropa, ketika Republik Ceko mengeluh sistem Schengen memungkinkan “agen” Rusia menghindari pemantauan.

Uni Eropa mengklaim Rusia merupakan ancaman bagi keamanan blok tersebut.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan kepada Majelis Umum PBB pekan lalu, negaranya tidak pernah dan tidak akan pernah menyerang negara-negara Uni Eropa atau NATO.

Kebebasan bergerak merupakan prinsip dasar Uni Eropa, dan di dalam wilayah Schengen, warga negara dan diplomat biasanya melintasi perbatasan tanpa pemeriksaan.

Pembatasan terhadap pejabat Rusia akan menandai perubahan drastis dari aturan tersebut.(P-Jeffry W)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x