Tonton Youtube BP

Ekspor daun Indonesia tembus pasar dunia dari Asia hingga Eropa

Khalied Malvino
14 Aug 2025 16:18
3 minutes reading

PRIORITAS, 14/8/25 (Jakarta): Pasar global bahan alami semakin melirik produk asal Indonesia. Daun kelor, pisang, hingga salam kini melintasi benua, memikat konsumen dari Asia sampai Eropa.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap kisah beragam—ada yang melejit ribuan persen, ada yang bertahan di pasar setia, dan ada pula yang terseret arus persaingan.

1. Daun kelor melonjak 11.500 persen

Dulu dianggap tanaman pagar, kini kelor menjadi superfood kelas dunia. Nilai ekspor Indonesia dalam lima tahun terakhir naik dari US$9.893 pada 2019 menjadi US$1,15 juta di 2024.

Volume pengiriman juga meroket dari 1,5 ton menjadi 931 ton. Pasar utama datang dari China dan Malaysia, memanfaatkannya untuk nutraceutical, pengobatan tradisional, dan makanan kesehatan. Tantangan terbesar kini menjaga kualitas, sertifikasi, dan kapasitas produksi.

2. Daun pisang jadi dekorasi tropis

Tak lagi sebatas pembungkus lontong, daun pisang kini merambah pasar internasional. Di Amerika Serikat dan Inggris, harga per tangkai mencapai US$3,50 hingga US$5,00.

Selain masakan tradisional seperti tamales atau poisson cru, daun ini populer sebagai dekorasi acara bertema tropis. Thailand memimpin impor global diikuti Inggris dan Vietnam, sementara ekspor RI ke Inggris bernilai US$123 ribu.

3. Daun salam menurun di pasar global

Aroma khas daun salam masih jadi andalan masakan rumah, namun ekspornya merosot dari US$301 ribu pada 2021 menjadi US$123 ribu di 2024.

Volume pengiriman pun berada di titik terendah enam tahun terakhir. Jepang tetap menjadi penyelamat, menyerap lebih dari separuh nilai ekspor nasional, meski produk masih dikirim dalam bentuk daun kering tanpa nilai tambah olahan.

4. Thyme dari lahan tropis

Meski bukan pemasok utama dunia, Indonesia mulai dikenal sebagai produsen thyme berkualitas. Ekspor 2024 bernilai US$123 ribu, dengan pembeli terbesar Jepang, disusul Korea Selatan dan Belanda.

Penggunaan thyme meliputi masakan Eropa, Timur Tengah, hingga industri kosmetik berkat sifat antibakteri dan antijamurnya. Iklim tropis memberi profil rasa lebih kuat dibanding pesaing.

5. Daun kayu putih penghangat dunia

Bahan baku minyak kayu putih ini berkhasiat sebagai penghangat tubuh, antiseptik, dan pembersih rumah.

Produksi nasional sempat mencapai 67 ribu ton pada 2021, namun turun 34,5 persen menjadi 42 ribu ton di 2023 akibat perubahan iklim dan hambatan logistik. Pasar ekspor utama meliputi Malaysia, Singapura, dan Jepang, dengan fokus pada peningkatan kualitas dan teknologi produksi.

6. Daun belimbing melonjak 1.000 persen

Selain buahnya, daun belimbing kini diminati pasar global. Ekspor 2024 naik 1.058 persen menjadi US$62,5 ribu atau 8,7 ton.

Lonjakan terbesar datang dari Republik Dominika yang mengimpor 6 ton setelah lima tahun absen. Khasiatnya sebagai penurun tekanan darah dan sumber antioksidan menarik minat pasar nontradisional.

7. Daun jeruk kehilangan aroma di pasar ekspor

Daun jeruk menjadi bumbu wajib berbagai masakan Asia, namun nilainya turun dari US$4,78 juta pada 2019 menjadi US$3,26 juta di 2024.

Malaysia memimpin impor, diikuti Jepang. Persaingan ketat dari Thailand dan Vietnam serta standar residu pestisida yang tinggi di Jepang dan Uni Eropa menjadi tantangan utama.

Peluang hijau Indonesia

Peta ekspor daun Nusantara menunjukkan peluang besar sekaligus rintangan nyata. Permintaan global untuk bahan alami terus meningkat, membuka jalan untuk menambah pangsa pasar melalui volume maupun inovasi nilai tambah seperti ekstrak, minyak esensial, dan produk siap konsumsi.

Keberhasilan ekspor akan bergantung pada konsistensi kualitas, sertifikasi sesuai standar, serta strategi memperluas pasar ke Eropa, Amerika, dan wilayah nontradisional seperti Karibia. (P-Khalied M)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x