PRIORITAS, 13/8/25 (Jakarta): Pernahkah terpikir Indonesia dan Malaysia menyatu dalam satu negara? Meski sulit dibayangkan sekarang, gagasan itu hampir terwujud sekitar 80 tahun lalu lewat konsep Negara Indonesia Raya.
Pada 12 Agustus 1945, tiga tokoh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)—Soekarno, Mohammad Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat—dipanggil ke Dalat, Vietnam, oleh Marsekal Terauchi, komandan militer Jepang di Asia Tenggara.
Mereka dijanjikan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus 1945 dan diminta mempersiapkan segala sesuatunya. Usai kunjungan ke Dalat, rombongan Soekarno singgah di Singapura dan melanjutkan perjalanan ke Taiping, Perak.
Di sana mereka bertemu dengan tokoh nasionalis Melayu Ibrahim Yaacob dan Burhanuddin Al-Helmy, yang berjuang untuk kemerdekaan Malaya dan bergabung dengan Indonesia.
Ibrahim pernah mendirikan Kesatuan Rakyat Indonesia Semenanjung (KRIS) dengan tujuan memerdekakan Malaya dan menyatukannya dengan Indonesia.
Kedatangan delegasi Indonesia disambut hangat dengan pengibaran bendera merah putih oleh para aktivis KMM dan KRIS di Singapura, di bawah pengawasan Jepang. Di Perak, Soekarno berdiskusi dengan Ibrahim dan perwira Jepang.
“Mari kita ciptakan satu tanah air bagi mereka yang berdarah Indonesia,” ujar Soekarno, yang dibalas Ibrahim dengan pernyataan, “Kami orang Melayu akan setia menciptakan tanah air dengan menyatukan Malaya dengan Indonesia yang merdeka.”
Namun, tak semua anggota rombongan setuju dengan gagasan tersebut. Menurut peneliti Boon Kheng Cheah, beberapa delegasi seperti Hatta dan Radjiman menolak rencana Negara Indonesia Raya.
Rencana ini akhirnya gagal setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945. Para pemuda Indonesia mendesak agar kemerdekaan diproklamasikan lebih cepat.
Akhirnya, Soekarno dan Hatta mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, sebelum waktu yang dijanjikan Jepang.
Sehingga, ide persatuan Indonesia dan Malaysia yang diinisiasi Jepang tidak pernah terealisasi. Ibrahim pun harus mencari cara lain untuk kemerdekaan Malaysia yang baru tercapai pada 31 Agustus 1957. (P-Khalied M)