PRIORITAS, 11/8/25 (Jakarta): Tidur larut malam bukan sekadar kebiasaan sepele. Penelitian dan pengamatan pakar tidur menunjukkan, kebiasaan ini berpotensi menimbulkan gangguan serius pada tubuh dan fungsi otak.
Pakar tidur Nerina Ramlakhan menyatakan, tidur larut dapat memicu kondisi sleep inertia—suatu keadaan antara tidur dan terjaga yang membuat seseorang merasa linglung dan kelelahan.
Selain itu, gangguan ini memengaruhi banyak aspek kesehatan yang krusial. Berikut enam dampak utama tidur lewat tengah malam yang perlu diperhatikan:
1. Gangguan ritme sirkadian
Tubuh memiliki jam biologis yang mengatur berbagai fungsi, seperti pelepasan hormon dan metabolisme. Ketika seseorang sering tidur terlambat, ritme sirkadian ini terganggu.
Akibatnya, sulit bagi tubuh untuk mempertahankan siklus tidur yang sehat, sehingga rentan mengalami insomnia.
2. Penurunan fungsi kognitif
Fase tidur REM (Rapid Eye Movement) adalah tahap penting dalam memproses ingatan dan emosi. Tidur larut dapat mengganggu fase ini, sehingga berdampak negatif pada kemampuan konsentrasi, daya ingat, dan energi otak.
3. Peningkatan hormon stres
Kurang tidur memicu peningkatan produksi hormon kortisol, hormon stres utama dalam tubuh. Kadar kortisol yang tinggi berkaitan dengan kecemasan, perubahan mood, serta risiko kenaikan berat badan.
4. Sistem imun melemah
Tidur yang tidak cukup membuat sistem kekebalan tubuh melemah. Hal ini membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan gangguan kesehatan lainnya.
5. Gangguan metabolisme
Begadang sering disertai pola makan tidak teratur, termasuk ngemil larut malam. Kebiasaan ini dapat mengacaukan metabolisme dan meningkatkan risiko obesitas, resistensi insulin, hingga diabetes.
6. Risiko penyakit kronis
Kebiasaan tidur larut malam dalam jangka panjang berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Peradangan dalam tubuh menjadi lebih tinggi dan mengancam fungsi kardiovaskular. (P-Khalied M)