34 C
Jakarta
Sunday, July 27, 2025

    Militan Hamas sengaja sabotase perundingan damai di Jalur Gaza

    Terkait

    PRIORITAS, 26/7/25 (Tel Aviv): Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyalahkan kelompok teroris Hamas atas kegagalan perundingan damai di Jalur Gaza.

    Kedua negara menuduh militan Hamas sengaja menyabotase perundingan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera di Jalur Gaza, sehingga Israel dan AS menarik delegasinya dari pertemuan di Qatar.

    “Hamas adalah hambatan bagi kesepakatan pembebasan sandera,” kata Netanyahu, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Ynetnews, hari Sabtu (26 /7/25).

    Utusan khusus Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, menuduh Hamas menghalangi kesepakatan tersebut.

    Kelompok teroris tersebut tidak pernah benar-benar menginginkan perdamaian di Jalur Gaza.

    PM Israel mengatakan kini sedang menjajaki cara-cara alternatif untuk mengamankan pemulangan para sandera.

    “Bersama sekutu AS kami, kami sekarang sedang mempertimbangkan opsi alternatif untuk memulangkan sandera kami, mengakhiri kekuasaan teroris Hamas, dan mengamankan perdamaian abadi bagi Israel dan kawasan kami”, ungkapnya.

    Hamas ingin mati

    Ada kekhawatiran opsi alternatif yang akan ditempuh Israel itu, adalah melakukan serangan ke lokasi tempat para sisa sandera ditahan militan Hamas di Jalur Gaza.

    Sebanyak 49 sandera diduga kuat masih ditahan militan Hamas di sejumlah terowongan di Deir al-Balah, salahsatu kota terbesar Jalur Gaza.

    Hanya 20 orang masih hidup sedangkan sisanya sudah meninggal akibat sakit atau sengaja dibunuh militan Hamas.

    Presiden AS juga mengatakan kelompok teror Palestina itu sengaja tidak ingin mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera.

    “Sayang sekali. Hamas tidak benar-benar ingin mencapai kesepakatan. Saya rasa mereka (Hamas) ingin mati,” ujarnya.

    Menurut Trump, memang masih ada sandera terakhir yang masih ditawan militan Hamas. Tetapi AS dan Israel akan berusaha membebaskan mereka.

    “Mereka tahu apa yang terjadi setelah kita mendapatkan sandera terakhir”, tegasnya, kepada wartawan di Gedung Putih, setelah ia telah memutuskan untuk memulangkan tim negosiasinya dari Qatar.

    Tuntutan mantan sandera

    Empat anggota pasukan pertahanan Israel (IDF) yang pernah menjadi sandera militan Hamas, memohon pemerintahnya untuk berusaha membebaskan semua tawanan.

    Setelah mengetahui perundingan damai dengan militan Hamas telah gagal, mereka mendesak AS dan Israel untuk berjuang tanpa henti hingga semua sandera dibebaskan.

    “Kita tidak bisa kembali normal sampai mereka kembali,” kata mereka, menekankan urgensi situasi.

    Menandai setengah tahun pembebasannya, Daniella Gilboa merenungkan waktu yang hilang selama ia ditawan.

    “Aku juga tahu rasanya terkurung, rasanya seperti seribu kali lebih lama, bertanya-tanya apakah ada yang mengingatmu atau sedang melakukan sesuatu untuk membebaskanmu. Sungguh memilukan untuk mengatakan ini lagi, tapi mereka harus pulang sekarang”, kata Gilboa.

    Liri Albag, yang juga dibebaskan enam bulan lalu, bercerita tentang puluhan sandera yang masih berada di Gaza, menunggu seperti yang pernah ia lakukan.

    “Setengah tahun sejak kesepakatan terakhir, dan mereka masih di sana, berdoa setiap hari untuk hidup dan raga mereka, menanggung kengerian yang tak terbayangkan,” ujarnya.

    Naama Levy, yang dibebaskan setelah 472 hari ditawan, menyebut perundingan yang terhenti itu tak masuk akal. “Sandera masih berada di bawah tanah di Gaza, tanpa pilihan atau kebebasan. Kita harus melakukan segalanya untuk memulangkan mereka,” kata Levy.

    Karina Ariev, yang setahun lebih ditawan militan Hamas, mengaku masih trauma. “Saya masih bergulat dengan keadaan saya saat ini. Kita tidak bisa melupakan mereka. Kita harus terus berjuang sampai semua orang pulang”, ujarnya memelas. (P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    spot_img

    Terkini