30.9 C
Jakarta
Sunday, July 20, 2025

    Gaza dilanda kelaparan, distribusi Yayasan Kemanusiaan tuai penolakan

    Terkait

    PRIORITAS, 31/5/25 (Gaza): Kondisi kemanusiaan di Gaza, Palestina, saat ini disebut yang terburuk sejak perang meletus hampir dua tahun lalu. Ketakutan pada kelaparan berubah nyata di tengah minimnya pasokan bantuan.

    Israel membuka kembali jalur distribusi bantuan terbatas 12 hari lalu, setelah menutupnya selama 11 pekan. Namun di saat bersamaan, jalur distribusi baru lewat Gaza Humanitarian Foundation (GHF) alias Yayasan Kemanusian Gaza ikut diperkenalkan.

    “Bantuan apa pun yang sampai ke tangan warga yang membutuhkan tetap positif,” kata Stephane Dujarric, juru bicara PBB, dalam konferensi pers di New York, dikutip  The Straits Times dari Reuters. “Namun sejauh ini dampaknya sangat, sangat kecil,” imbuhnya.

    GHF ditolak 

    Mengutip The Straits Times, diungkapkan, organisasi kemanusiaan internasional menolak bekerja sama dengan GHF karena dianggap tidak netral. Model distribusi bantuan GHF dinilai justru memaksa warga sipil mengungsi dari wilayah konflik.

    Israel mendukung penuh GHF dan berharap PBB mau menyalurkan bantuan melalui lembaga ini. Saat ini GHF bekerja sama dengan perusahaan logistik swasta asal AS untuk mengangkut bantuan ke Gaza.

    “Situasi bencana di Gaza adalah yang terburuk sejak perang dimulai,” ujar Dujarric lagi dalam keterangan lanjutan.

    Dalam dua pekan terakhir, PBB hanya mampu membawa masuk sekitar 200 truk bantuan. Pembatasan akses dan situasi keamanan yang memburuk membuat distribusi tidak berjalan efektif.

    Beberapa gudang dan truk bantuan bahkan dijarah warga yang kelaparan. Bantuan makanan siap saji pun tidak diizinkan masuk oleh otoritas Israel. “Pihak Israel belum mengizinkan kami membawa makanan siap saji satu pun,” kata Eri Kaneko, juru bicara urusan kemanusiaan PBB.

    “(Bantuan) yang diperbolehkan hanya tepung untuk roti, dan itu tidak mencukupi kebutuhan nutrisi warga,” tambahnya.

    Bantuan yang disalurkan GHF mencakup tepung, kacang kaleng, pasta, minyak zaitun, gula, biskuit, dan beras. Namun, lokasi distribusi yang disebut ‘aman’ justru memicu kericuhan dan ketakutan di antara warga.

    Pada Selasa (27/5/25), Israel melarang PBB mengambil bantuan dari Kerem Shalom. Dua hari kemudian, dari 65 truk yang keluar, hanya lima yang berhasil mencapai tujuan karena pertempuran sengit.

    “Sekelompok orang bersenjata menyerbu gudang kami dan menjarah perlengkapan medis serta makanan bergizi yang seharusnya untuk anak-anak kekurangan gizi,” kata Dujarric.

    Digodok Hammas

    Israel mengklaim sudah menyalurkan 1,8 juta ton bantuan sejak perang dimulai, termasuk 1,3 juta ton makanan. Sementara itu, usulan gencatan senjata 60 hari dari AS masih digodok Hamas.

    Jika disepakati, bantuan akan disalurkan melalui jalur PBB, Bulan Sabit Merah, dan mitra kemanusiaan lainnya. Dalam gencatan senjata sebelumnya, distribusi bantuan bisa mencapai 700 truk per hari.

    “Agar tidak terjadi kekacauan, bantuan harus terus mengalir secara stabil,” tulis Corinne Fleischer, Direktur WFP untuk Timur Tengah dan Afrika Utara. “Saat warga tahu makanan akan datang, kepanikan berubah menjadi ketenangan,” sambungnya. (P-Khalied Malvino)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini