PRIORITAS, 8/9/25 (Tokyo): Sebanyak tujuh nama politisi muncul sebagai kandidat Perdana Menteri (PM) Jepang baru, menggantikan Shigeru Ishiba yang mengundurkan diri setelah mendapat tekanan partainya sendiri, Liberal Democratic Party (LDP).
Shigeru Ishiba mengumumkan pengunduran diri dalam konferensi pers yang diadakan secara tergesa-gesa hari Minggu, saat menghadapi tekanan dari partainya agar mundur dan bertanggung jawab atas hasil buruk LDP, dalam pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan Juli 2025 lalu.
Langkah mengejutkan itu memicu spekulasi luas mengenai siapa yang akan menggantikannya, baik dari internal LDP maupun dari partai oposisi, mengingat koalisi yang berkuasa kini kehilangan mayoritas di kedua majelis parlemen.
Situasi ini membuka peluang kecil namun signifikan bagi pemimpin oposisi untuk memimpin ekonomi terbesar keempat dunia tersebut.
Jajak pendapat publik Jepang menempatkan dua nama lain, Sanae Takaichi, politisi konservatif berpengalaman, dan Shinjiro Koizumi, menteri pertanian sekaligus pewaris dinasti politik terkenal-sebagai kandidat terdepan.
Berikut nama-nama kandidat PM Jepang yang baru, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Kyodo News, hari Senin (8/9/25).
Mantan Menteri Luar Negeri Jepang, mengatakan berniat mencalonkan diri dalam pemungutan suara untuk menentukan perdana menteri berikutnya.
Toshimitsu Motegi, mantan menteri luar negeri, berpeluang menjadi PM Jepang yang baru.(kyodonews)
Motegi dikenal sebagai negosiator tangguh, termasuk saat berhadapan dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer pada era Donald Trump.
Selain itu, ia pernah menjabat sebagai menteri perdagangan, menteri ekonomi, serta sekretaris jenderal LDP. Lulusan Harvard Kennedy School ini juga pernah bekerja di harian Yomiuri dan firma konsultan McKinsey sebelum terjun ke politik pada 1993. Dalam pemilihan ketua LDP tahun lalu, Motegi berjanji mengejar pertumbuhan ekonomi untuk membiayai kebutuhan pertahanan tanpa menaikkan pajak, meski dikritik bertolak belakang dengan kebijakan peningkatan beban publik yang dijalankan pemerintahan Kishida kala itu.
Ketika Partai Demokrat Liberal berusaha membalikkan keadaan, Motegi, mengatakan kepada wartawan ingin “memberikan yang terbaik sebagai seseorang dengan berbagai pengalaman di pemerintahan dan partai.”
Motegi berada di posisi keenam saat bertarung dalam pemilihan PM Jepang September 2024 lalu, yang dimenangkan Ishiba.
Politisi muda konservatif ini pernah menjabat sebagai menteri keamanan ekonomi di era Kishida. Ia dianggap berjasa meloloskan undang-undang yang memperkuat rantai pasok strategis Jepang.
Kobayashi juga alumni Harvard Kennedy School dan pernah bekerja di Kementerian Keuangan serta Kedutaan Jepang di Amerika Serikat sebelum masuk politik pada 2010. Ia pertama kali terpilih sebagai anggota DPR pada 2012, serta sempat menjabat wakil menteri pertahanan di era Shinzo Abe. Pandangannya sejalan dengan Takaichi dalam mendukung revisi konstitusi.
Mantan menteri keamanan ekonomi, yang kalah dari Ishiba dalam putaran kedua pemilihan kepemimpinan sebelumnya.
Sanae Takaichi, politikus LDP, disebut sebagai salahsatu kandidat kuat PM Jepang.(cncbindo)
Apabila terpilih, Takaichi akan mencatat sejarah sebagai perdana menteri perempuan pertama Jepang.
Politisi kawakan LDP ini pernah menjabat berbagai posisi penting, termasuk menteri urusan dalam negeri dan menteri keamanan ekonomi. Ia sempat kalah tipis dari Ishiba dalam pemilihan ketua LDP tahun lalu.
Dikenal dengan pandangan konservatif, Takaichi mendukung revisi konstitusi pascaperang yang bersifat pasifis.
Ia juga rutin berziarah ke Kuil Yasukuni untuk menghormati korban perang, tindakan yang kerap dipandang kontroversial oleh negara tetangga di Asia.
Dari sisi ekonomi, Takaichi menolak keras rencana kenaikan suku bunga Bank of Japan (BOJ) dan mendorong peningkatan belanja pemerintah untuk memperkuat ekonomi yang rapuh.
Sebagai ajudan dekat mendiang mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, Takaichi dikenal karena sikapnya yang keras terhadap keamanan nasional.
Sebagai mantan perdana menteri (2011-2012) dan kini ketua partai oposisi terbesar, Noda memiliki pengalaman panjang.
Ia dikenal sebagai “fiscal hawk” setelah mendorong kenaikan pajak konsumsi menjadi 10% untuk menekan utang publik.
Meski begitu, dalam pemilu majelis tinggi Juli lalu, Noda berbalik arah dengan menyerukan pemotongan sementara pajak konsumsi atas bahan pangan.
Ia juga berulang kali mengusulkan penghentian bertahap program stimulus besar-besaran BOJ.
Menteri pertanian dan putra mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi, juga dipandang sebagai kandidat presiden partai.
Shinjiro Koizumi, politisi muda yang menjadi kandidat Perdana Menteri Jepang yang baru.(asianikkei)
Ia berpotensi menjadi pemimpin termuda Jepang di era modern. Koizumi yang mengenyam pendidikan di Universitas Columbia itu pernah mencalonkan diri dalam pemilihan ketua LDP tahun lalu dengan citra sebagai reformis yang ingin memulihkan kepercayaan publik terhadap partai yang dirundung skandal.
Berbeda dengan Takaichi yang tersingkir dari kabinet setelah kalah, Koizumi tetap dekat dengan Ishiba dan kini menjabat menteri pertanian dengan fokus menekan harga beras yang melonjak.
Sebelumnya, ia pernah menjabat menteri lingkungan hidup pada 2019, ketika menyerukan Jepang untuk meninggalkan tenaga nuklir. Saat itu, ia sempat ditertawakan publik setelah menyebut kebijakan iklim harus dibuat “keren” dan “seksi”.
Pandangannya mengenai kebijakan ekonomi, termasuk sikap terhadap BOJ, masih belum banyak diketahui.
Tamaki memimpin salah satu partai dengan pertumbuhan tercepat dalam beberapa pemilu terakhir. Mantan birokrat Kementerian Keuangan ini ikut mendirikan partai DPP pada 2018 dan mendorong kebijakan peningkatan pendapatan rumah tangga melalui perluasan keringanan pajak serta pemangkasan pajak konsumsi.
Ia juga mendukung penguatan pertahanan, aturan ketat pembelian lahan oleh pihak asing, serta pembangunan lebih banyak pembangkit listrik tenaga nuklir. Dalam kebijakan moneter, Tamaki meminta BOJ berhati-hati mengakhiri stimulus hingga kenaikan upah riil benar-benar menopang konsumsi.
Kepala Sekretaris Kabinet dan juru bicara utama pemerintah, juga berencana mencalonkan diri sebagai PM baru.
Yoshimasa Hayashi, juru bicara utama pemerintah dan mantan Menteri Luar Negeri, jadi salahsatu kandidat PM Jepang yang baru. (kyodonews)
Hayashi, yang sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, mengatakan bermaksud berdiskusi secara intensif dengan para pendukung untuk maju. Ini akan menjadi upaya ketiga Hayashi untuk memimpin Jepang.
Hayashi dikenal sebagai figur andalan dalam kabinet. Ia pernah memegang portofolio penting seperti pertahanan, luar negeri, dan pertanian.
Lulusan Harvard Kennedy School dan fasih berbahasa Inggris, Hayashi memiliki pengalaman internasional luas, termasuk bekerja di Mitsui & Co dan menjadi staf di Kongres AS.
Ia pernah mencalonkan diri dalam pemilihan ketua LDP pada 2012 dan 2024. Hayashi dikenal konsisten mendukung independensi BOJ dalam kebijakan moneter.
Pada pemilu September 2024 lalu, yang dimenangkan Ishiba, Hayashi berada di posisi keempat dari sembilan kandidat.(P-Jeffry W)
No Comments