PRIORITAS, 20/5/25 (Washington): Sebanyak 350 ribu warga Venezuela terancam diusir dari Amerika Serikat (AS), setelah Mahkamah Agung AS mencabut aturan perlindungan sementara bagi warga negara tersebut.
Presiden AS Donald Trump melalui Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem telah mengajukan usulan untuk mengakhiri perpanjangan Temporary Protection Status (TPS), atau Status Perlindungan Sementara bagi semua warga Venezuela.
Mahkamah Agung AS hari Senin akhirnya mengizinkannya mengakhiri status tersebut, sehingga sekitar 350 ribu warga Venezuela bakal dideportasi. Demikian seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Newsweek, hari Selasa (20/5/25).
Keputusan ini menghentikan sementara putusan pengadilan lebih rendah di San Francisco, yang telah memperpanjang perlindungan tersebut, padahal seharusnya berakhir bulan lalu.
Sejak tahun 2014 lalu sekitar 8 juta orang Venezuela telah meninggalkan negaranya akibat konflik bersenjata, kerusuhan sipil, persekusi politik, kekerasan, penculikan dan kurangnya makanan.
Umumnya mereka lari ke Amerika Serikat dan mendapat status perlindungan sementara.
Kini pemerintah Donald Trump sedang gencar mendeportasi semua warga asing di AS yang statusnya ilegal. Keputusan ini bermula karena semakin tinggi tingkat kriminalitas, yang dilakukan warga asing terutama kelompok kriminal asal Amerika Latin, seperti Venezuela dan Meksiko.
Mencabut perlindungan
Status Perlindungan Sementara memang mengizinkan individu dari negara yang sedang mengalami krisis —seperti perang, kerusuhan sipil, atau bencana alam—untuk tinggal dan bekerja secara legal di AS.
Perintah Pengadilan Tinggi yang dikeluarkan, untuk sementara mencabut perlindungan bagi warga negara Venezuela walaupun proses litigasi terus berlanjut.
“Pemerintahan Trump mengakhiri TPS untuk warga Venezuela tanpa melakukan analisis terhadap kondisi ekonomi, kesehatan publik, dan hak asasi manusia di negara tersebut”, kata direktur eksekutif National Foundation for American Policy, Stuart Anderson, dalam sebuah pernyataan.
Hakim Liberal Ketanji Brown Jackson adalah satu-satunya ahli hukum Pengadilan Tinggi, yang mengatakan dia akan menolak permohonan keringanan pemerintah.
Meski dinyatakan sementara sambil menunggu tindakan lebih lanjut Pengadilan Banding Sirkuit Kesembilan, tetapi sekitar 350.000 warga Venezuela tanpa status hukum, dapat dideportasi.
Salahgunakan status
Bulan Maret lalu, AS mendeportasi lebih dari 238 warga Venezuela, yang terkait kelompok kriminal ke Centro de Confinamiento del Terrorismo (Cecot) atau penjara Pusat Penahanan Terorisme di El Salvador.
Amerika Serikat dan Venezuela sempat berselisih pendapat mengenai deportasi itu. Namun AS bersikeras warga yang dikirim ke penjara Cecot itu ialah anggota geng Tren de Aragua, kelompok kriminal asal Venezuela.
Presiden Donald Trump dan Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem berpendapat Status Perlindungan Sementara itu, telah disalahgunakan pemerintahan sebelumnya Joe Biden, sehingga memungkinkan ribuan imigran tinggal lebih lama di AS.
Menurut Asisten Sekretaris DHS, Tricia McLaughlin, pemerintahan Biden mengeksploitasi program pembebasan bersyarat untuk mengizinkan migran, yang tidak diperiksa dengan baik masuk ke AS. Padahal mereka yang datang itu anggota geng MS-13, hingga teroris dan pembunuh.
Imigran Afghanistan
Pada tanggal 12 Mei 2025 lalu, Department of Homeland Security (DHS) atau Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, mengatakan pihaknya juga mencabut status perlindungan sementara bagi warga Afghanistan.
Noem juga mengatakan para pejabat telah menyimpulkan situasi di negara tersebut telah cukup membaik bagi para imigran untuk kembali ke rumah.
Alasan serupa diberikan Noem ketika mencabut penunjukan status perlindungan sementara tahun 2023 bagi warga Venezuela pada bulan Februari.
“Pemerintahan Trump sedang menegakkan kembali integritas dalam sistem imigrasi kita untuk menjaga tanah air dan rakyatnya tetap aman”, kata McLaughlin.
Peneliti senior di American Immigration Council, Aaron Reichlin-Melnick, menilai tindakan pencabutan Status Perlindungan Sementara itu adalah peristiwa imigrasi massal terbesar dalam sejarah AS.
“350 ribu orang bangun pagi ini dengan status legal, tinggal dan bekerja di sini dengan izin resmi. Mereka akan tidur sebagai imigran gelap yang menghadapi deportasi”, ujarnya. (P-Jeffry W)