Jakarta, 12/12/20 (SOLUSSInews.com) – Sebuah latihan militer gabungan bertajuk ‘AMAN-2021’ yang akan diadakan di lepas pantai Pakistan di wilayah perairan Karachi pada Februari 2021 mendatang akan diikuti oleh 30 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Tiongkok, Jepang, Turki, Filipina, Malaysia, Sri Lanka, dan Indonesia.
Mengenai keterlibatan Indonesia dalam latihan gabungan ini, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal), Laksamana Pertama Julius Widjojono, CHRMP membenarkan kabar tersebut.
Sementara itu, Angkatan Laut Rusia juga bakal melakukan latihan dengan negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (The North Atlantic Treaty Organization/NATO) tetsebut untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir.
Laporan RIA News yang mengacu pada layanan pers Armada Laut Hitam, Rusia akan diwakili oleh fregat, kapal patroli, kapal tunda penyelamat, unit Korps Marinir, regu ranjau, dan helikopter berbasis laut.
Indonesia kirim KRI Bung Tomo-357
Pihak militer RI juga kini menyiapkan diri bergabung dalam latihan militer tersebut.
“TNI AL diundang AL Pakistan untuk mengikuti latihan tersebut, dan sampai saat ini telah dilaksanakan rapat perencanaan Initial Planning Conference dan Final Planning Conference secara vicon (video conference),” ujar Julius melalui pesan singkat kepada CNBC Indonesia.
Lebih lanjut, Julius mengatakan rencananya Indonesia akan membawa KRI Bung Tomo-357, salah satu dari tiga jenis kapal Multi Role Light Frigate (MRLF) yang dimiliki TNI Angkatan Laut. Kapal ini belum lama sempat latihan bersama Australia.
“Rencananya (bawa) kapal jenis MRLF. Namun keterlibatan KRI ke latihan AMAN 2021 tetap akan memperhatikan perkembangan situasi Covid-19 di Pakistan,” lanjutnya.
Kesediaan Rusia
Sementara laporan kantor berita TASS mengatakan, AL Rusia terakhir kali berpartisipasi dalam latihan dengan kapal perang NATO pada tahun 2011 selama latihan Bold Monarch di lepas pantai Spanyol.
Selama satu dekade ini, angkatan laut Rusia lebih sering mengadakan latihan bersama dengan Turki, dimana Moskow menikmati hubungan yang lebih dekat dibandingkan negara anggota NATO lainnya.
Hubungan antara Rusia dan Barat merana di posisi terendah pasca-Perang Dingin, tertekan oleh segala hal mulai dari aneksasi Krimea hingga tuduhan peretasan pada pemilu AS dan Suriah.
Pada September lalu, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov menuduh bahwa NATO meningkatkan aktivitas militer 20-30 kilometer dari perbatasan Rusia.
“Pertumbuhan aktivitas militer AS dan NATO tidak terjadi di Atlantik atau Karibia, tetapi pada jarak 20-30 kilometer dari perbatasan Rusia,” kata Gerasimov, dikutip dari Pledge Times. Gerasimov menambahkan bahwa laporan tentang perilaku agresif Rusia yang beredar di NATO adalah salah.
Dalam laporan yang diterbitkan awal Desember ini, NATO sempat mengatakan Rusia kemungkinan akan tetap menjadi ancaman utamanya dalam dekade mendatang.
Seorang pejabat NATO juga mengatakan blok militer beranggotakan 30 orang itu tidak memiliki rencana untuk mengambil bagian dalam latihan dengan Rusia, tetapi partisipasi masing-masing negara tergantung pada mereka untuk memutuskan.
“Kerja sama praktis kami tetap ditangguhkan sebagai konsekuensi dari aneksasi Krimea yang ilegal dan tidak sah oleh Rusia dari Ukraina pada tahun 2014,” kata pejabat NATO itu.