PRIORITAS, 22/7/25 (Jakarta): Kebiasaan tidur tanpa busana makin sering dilakukan, terutama saat cuaca panas. Banyak orang melakukannya demi kenyamanan. Namun, data dan pendapat ahli menunjukkan ada risiko tersembunyi di balik kebiasaan ini.
Di Jakarta, Surabaya, dan Makassar, suhu malam hari sejak Mei 2025 terus meningkat. Rata-ratanya mencapai 29 hingga 30°C. Kondisi itu mendorong sebagian orang untuk melepas pakaian saat tidur.
Namun, menurut dokter tidur Audrey Wells dari ResMed, keputusan itu bisa membawa dampak buruk.
“Piyama efektif menyerap minyak dan cairan tubuh, jadi tidur tanpa piyama berarti seprai yang akan mengambil alih tugas itu,” kata Audrey Wells, dikutip Beritaprioritas seperti diwartakan CNBCIndonesia.com dari Forbes.
Artinya, seprai dan kasur menanggung seluruh beban kelembapan tubuh. Jika Anda tinggal di tempat panas atau sering berkeringat saat tidur, kasur Anda bisa jadi tempat tumbuhnya kotoran dan bakteri.
Munculnya paparan alergen
Risiko lainnya adalah paparan alergen. Data dari Pusat Alergi dan Imunologi Nasional menunjukkan peningkatan kasus iritasi kulit sebesar 21% pada kuartal kedua 2025. Sebagian besar kasus terjadi di kota besar dan pada orang berusia 20–40 tahun.
Tak hanya itu, studi dari Microbial Pathogenesis Journal (2023) menyebut seprai yang bersentuhan langsung dengan kulit telanjang lebih cepat ditumbuhi bakteri. Terutama jika tidak dicuci rutin dalam tiga hari.
Dokter bedah Anthony Youn menambahkan risiko tak terlihat lainnya. Kentut saat tidur ternyata menyebarkan partikel mikroskopis yang bisa mencemari seprai.
“Rata-rata orang kentut 15 hingga 25 kali sehari, dan ini bisa terjadi saat tidur. Studi menunjukkan bahwa setiap kali kentut, Anda menyemprotkan sedikit kotoran,” ujar Anthony Youn dalam video pendeknya, Mei 2024.
Partikel tersebut tertahan oleh celana dalam. Tapi tanpa pelindung, seprai akan menyerap semuanya. (P-Khalied Malvino)
