Jakarta, 1/4/20 (SOLUSSInews.com) – Dampak penyebaran Covid-19 di Indonesia akan menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pemerintah memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini hanya akan tumbuh 2,3 persen, bahkan untuk skenario terburuk, perekonomian bisa minus 0,4 persen.
Hal tersebut disampaikan Mwnteri Keuangan, Sri Mulyani dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/4/20), yang disiarkan melalui Special Report Beritasatu News Channel.
“Kita menyiapkan skenario buruk dan terburuk. Skenario terburuk ekonomi Indonesia bisa minus 0,4 persen,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menegaskan, otoritas moneter dan otoritas terus bekerja sama agar skenario terburuk tidak terjadi. BI selalu melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Tambahan anggaran belanja dan pembiayaan
Untuk mengatasi pemburukan ekonomi, pemerintah menyediakan tambahan anggaran belanja dan pembiayaan anggaran dalam APBN 2020. Nilainya mencapai Rp405,1 triliun.
Dari jumlah tersebut, Rp75 triliun digunakan untuk intervensi penanggulangan Covid-19. Anggaran ini, antara lain digunakan untuk memberikan insentif tenaga medis dan belanja penanganan kesehatan.
Pemerintah juga menyediakan anggaran untuk jaring pengaman sosial Rp110 triliun, serta mendukung industri dengan menanggung pajak dan bea masuk, juga stimulus kredit usaha rakyat Rp70,1 triliun.
Selain itu, masih ada dukungan pembiayaan anggaran untuk penanganan Covid-19 dalam rangka mendukung program pemulihan ekonomi nasional senilai Rp150 triliun.
Invrstasi bisa merosot
Menteri Keuangan sekaligus Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) Sri Mulyani Indrawati juga mengatakan, ancaman stabilitas keuangan menjadi sangat nyata di tengah mewabahnya virus corona (Covid-19).
“Pertumbuhan ekonomi akan turun karena konsumsi rumah tangga merosot, demikian juga dengan investasi,” kata Sri Mulyani dalam keterangannya secara live streaming, Rabu (1/3/20).
Dia mengatakan, investasi merosot dari enam menjadi satu persen atau bahkan negatif empat persen. Sementara konsumsi domestik diperkirakan tumbuh 3,2 persen hingga 1,6 persen. Ekspor yang tahun 2019 pertumbuhannya negatif, akan lebih dalam lagi pada tahun ini. Begitu juga impor tetap tumbuh negatif.
Dia mengatakan, Covid-19 yang telah menyebar ke 200 negara berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi global.
Bahkan JP Morgan memprediksi ekonomi dunia akan minus 1,1 persen, The Economist Intellegence Unit memproyeksi minus 2,2 persen, dan IMF proyeksikan ekonomi dunia akan negatif. Termasuk, Amerika Serikat yang juga diprediksi akan negatif dan memicu angka pengangguran naik 30 persen.
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah pandemi Covid-19 berisiko anjlok menjadi 2,3 persen pada skenario berat. Bahkan, hingga -0,4 persen dalam skenario sangat berat.
“Berdasarkan assessment yang dilihat, BI, OJK (=Otoritas Jasa Keuangan), LPS (=Lembaga Penjaminan Simpanan) dan kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan turun 2,3 persen, bahkan dalam skenario yang lebih buruk bisa negatif 0,4 persen. Sehingga kondisi ini menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi dan berpotensi menekan lembaga keuangan, karena adanya kredit yang tidak bisa dibayarkan dan relaksasi kredit, perusahaan sulit dalam sisi pendapatan sehingga kesulitan bayar hutang,” ujar Menkeu Sri Mulyani. (S-BS/jr)