PRIORITAS, 5/8/25 (Jerusalem): Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menilai perang Israel di Jalur Gaza bukan genosida (pemusnahan etnis), karena militan Hamas lebih dulu melakukan pembantaian terhadap warga Israel 7 Oktober 2023 lalu.
Militer Israel melakukan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza mulai 8 Oktober 2023 lalu, akibat negaranya diserang terlebih dahulu secara brutal.
“Saya tidak menganggap perang di Gaza sebagai genosida, hal-hal mengerikan justru terjadi pada 7 Oktober”, kata Trump, saat bersiap menaiki Air Force One di Allentown, Pennsylvania, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Times of Israel, hari Selasa (5/8/25).
Trump mengungkap kekejian militan Hamas ketika mereka menyerang perbatasan di Israel Selatan, 7 Oktober 2023 lalu.
“Itu benar-benar mengerikan. Salah satu yang terburuk yang pernah saya lihat”, ungkapnya.
Sudah lama direncanakan
Dari hasil penyelidikan, militan Hamas ternyata sudah lama merencanakan setidaknya beberapa tahun untuk menyerang Israel.
Pada 7 Oktober 2023 itu, militan Hamas akhirnya menyerang Festival Musik Nova dan membantai ratusan penontonnya, meski mereka sudah memohon ampun.
Militan Hamas dan Jihad Islam serta kelompoknya dengan brutal mereka menculik dan menyeret sejumlah penonton yang terluka, membawa dan menyandera mereka ke sejumlah terowongan di Jalur Gaza.
Militan Hamas juga menembak mati para penduduk baik orangtua maupun anak-anak di sejumlah Kibutz di perbatasan selatan Israel.
Invasi ribuan teroris pimpinan Hamas pada tahun 2023 itu, menewaskan sekitar 1.250 orang dan menyandera 251 orang. Sebanyak 49 sandera masih ditahan teroris Hamas di Jalur Gaza hingga kini, hanya 20 di antaranya diyakini masih hidup.
Dunia mulai lupa
Seluruh dunia saat itu gempar melihat skala kekejian serangan militan Hamas tersebut.
Ironis saat ini, sejumlah negara mulai lupa kekejaman teroris Hamas tersebut, karena termakan propaganda negatif terhadap Israel.
Israel dituding sengaja membunuh penduduk sipil Gaza bahkan sengaja menyebabkan kelaparan.
Padahal Israel menyerang Jalur Gaza, justru untuk melenyapkan militan Hamas, yang selama ini menjadi penyebab utama warga Palestina kesulitan hidup.
Karena itu, Presiden Donald Trump menolak menyebut kampanye Israel melawan kelompok teror Hamas di Jalur Gaza sebagai “genosida”.
Ia berulangkali menekankan perang di Jalur Gaza justru dimulai ketika militan Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.
Ketika ditanya para wartawan adanya tuduhan genosida, Trump menepisnya. “Saya rasa bukan itu masalahnya”, katanya singkat.
Target bukan warga sipil
Israel juga dengan tegas menolak tuduhan melakukan kejahatan perang.
Militer Israel bersikeras mereka tidak menargetkan warga sipil, dan merujuk pada upaya untuk mengevakuasi warga sipil dari bahaya serta memfasilitasi masuknya bantuan selama kampanye 22 bulan.
Tetapi kelompok-kelompok internasional jusru menuduh Israel gagal menyediakan bantuan yang cukup, untuk mencegah kelaparan dan mengabaikan korban sipil.
Presiden Trump, menegaskan kembali AS telah berupaya memberi makan warga Palestina di Jalur Gaza. “Kita tidak ingin orang-orang kelaparan”, kata Trump
Israel membantah laporan adanya kelaparan di Jalur Gaza. Israel menilai cukup banyak makanan yang telah masuk ke Jalur Gaza, selama berbulan-bulan selama gencatan senjata.
Israel mengungkapkan militan Hamas jusru menghalangi dan sering membajak pengiriman bantuan kemanusian bagi warga sipil di Jalur Gaza.
Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung AS dan Israel memulai operasi pembagian pangan dan obat-obatan pada akhir Mei 2025.
GHF yang ikut dikawal tentara Israel, dimaksudkan untuk memfasilitasi distribusi bantuan langsung kepada warga sipil Gaza, sehingga militan Hamas sulit mencurinya.
Namun, PBB dan kelompok-kelompok bantuan lainnya telah menolak GHF, menuduhnya melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan tentang netralitas dan membahayakan para pencari bantuan.(P-Jeffry W)