PRIORITAS, 25/7/25 (Bangkok): Perang antara Thailand dan Kamboja sudah memasuki hari kedua. Kedua negara saling menembakkan roket dan artileri di perbatasan, mengakibatkan jumlah korban tewas meningkat jadi 12 orang di Thailand. Sementara pihak Kamboja belum melaporkan adanya korban.
Seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Nation, hari Jumat (25/7/25), Thailand menuduh militer Kamboja sengaja menembakkan roket dan artileri ke pemukiman dan fasilitas warga sipil, sehingga makin bertambah jumlah korban tewas.
Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand mengungkapkan jumlah korban tewas dalam bentrokan perbatasan dengan Kamboja di empat provinsi menjadi 12 tewas dan 31 luka-luka, sebagian besar warga sipil.
Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Somsak Thepsutin, mengecam militer Kamboja, karena sengaja menyerang rumah sakit Phanom Dong Rak dan sasaran sipil di sepanjang perbatasan.
Hal itu dinilai melanggar Konvensi Jenewa. Somsak menekankan Pasal 18 Konvensi Jenewa melarang serangan terhadap rumah sakit.
“Tindakan Kamboja menjadikan para komandan yang memerintahkan serangan tersebut sebagai penjahat perang,” ujarnya.
Ia menyatakan pemerintah Kamboja harus bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Somsak mengatakan pertempuran di Surin, Ubon Ratchathani, Si Sa Ket, dan Buri Ram berdampak pada 35 warga sipil, dengan 12 orang tewas termasuk satu tentara.
40 ribu orang dievakuasi
Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham ,Wechayachai menuduh pasukan Kamboja sengaja menargetkan wilayah sipil.
Pihak berwenang Thailand telah mengevakuasi sekitar 40.000 warga sipil dari 86 desa di dekat perbatasan.
Pihak berwenang Kamboja belum mengonfirmasi berapa banyak warga sipil yang telah dievakuasi.
Kedua negara tetangga di Asia Tenggara itu saling tembak di beberapa zona sengketa di sepanjang perbatasan darat sepanjang 817 km (508 mil).
Bentrokan kali ini paling mematikan sejak 2011. Kedua negara saling tuding melepaskan tembakan terlebih dahulu.
Militer Thailand menyatakan telah menerbangkan pesawat tempur F-16 untuk mengebom dua target militer di Kamboja.
“Kami telah menggunakan kekuatan udara terhadap target militer sesuai rencana,” ujar Wakil Juru Bicara Militer, Richa Suksuwanon, seperti dikutip The Independent.
Kementerian pertahanan Kamboja mengatakan pesawat Thailand telah menjatuhkan bom di jalan dekat Kuil kuno Preah Vihear, dekat perbatasan.
Kirim surat ke PBB
Militer Thailand mengatakan pasukan Kamboja mengerahkan senjata berat, termasuk peluncur roket BM-21, dan menembaki wilayah sipil di distrik Kab Choeng, yang menyebabkan kerusakan pada rumah, rumah sakit, dan pompa bensin.
Kamboja kemudian menuduh tentara Thailand menembakkan artileri dan telah “secara pre-emptif” melepaskan tembakan ke arah pasukannya.
Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, telah menulis surat kepada presiden Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ia mendesak badan tersebut untuk mengadakan sidang guna menghentikan perang.
Kamboja mengatakan Thailand melakukan agresi militer, yang tidak beralasan dan direncanakan, sehingga melanggar hukum internasional.
Perang kedua negara meletus sehari setelah ledakan ranjau darat melukai lima tentara Thailand di perbatasan. Thailand menuduh Kamboja memasang bahan peledak baru Rusia, yang melanggar perjanjian internasional penting.
Terjadi pagi hari
Baku tembak pertama terjadi hari Kamis pukul 8.20 pagi waktu setempat di dekat Prasat Ta Muen Thom, kuil kuno Khmer-Hindu yang dekat dengan perbatasan yang dijaga ketat, kata tentara Thailand.
Sebelum penembakan dimulai, sebuah pesawat tak berawak Kamboja terlihat terbang di daerah tersebut diduga untuk memantau dan enam tentara Kamboja bersenjata lengkap mendekati pangkalan militer Thailand.
Kementerian Pertahanan Kamboja membantah klaim tentara Thailand.
Kementerian tersebut menuduh tentara Thailand menembak terlebih dahulu, sehingga tentaranya merespons serangan pasukan Thailand.
Pada Rabu malam, menyusul insiden ranjau darat, Thailand mengusir utusan Kamboja di Bangkok dan menarik duta besarnya dari Phnom Penh.
Kamboja membalas dengan mengurangi hubungan diplomatik ke tingkat terendah, menarik semua staf dari kedutaan besarnya di Bangkok, dan memerintahkan diplomat Thailand keluar dari negara tersebut.
Thailand menutup perbatasan dan mengevakuasi ribuan orang yang tinggal di dekatnya, karena banyak yang terkena tembakan artileri berat.(P-Jeffry W)