PRIORITAS, 18/1/25 (Jakarta): Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, meragukan Israel akan mematuhi kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Kesepakatan tiga tahap antara Israel-Hamas ini mulai diberlakukan pada Minggu (19/1/25).
Mantan Perdana Menteri Malaysia tersebut menyatakan, berdasarkan pengalaman sebelumnya, Israel sering mengabaikan hukum internasional dan PBB. Ia juga menilai Israel sering tidak menghormati pandangan dunia, gagal mematuhi perjanjian gencatan senjata sebelumnya, termasuk dengan Hizbullah.
“Apakah ada yang percaya bahwa negara yang melanggar banyak resolusi PBB dan tidak menghormati opini dunia akan menepati janjinya kali ini?” ucap Mahathir, dalam posting-an di media sosial.
Israel merupakan negara cenderung konfrontatif
Mahathir menjelaskan, Israel merupakan negara cenderung konfrontatif, sifat yang membuatnya sulit untuk menghormati perjanjian atau hukum apapun.
“Sebelum gencatan senjata (berlaku efektif), mereka meningkatkan serangan dengan membunuh sebanyak mungkin warga Palestina. Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk terus membunuh secaa luas,” katanya.
Selanjutnya dia menyatakan, terlalu cepat bagi warga Gaza untuk menunjukkan kegembiraan terkait kesepakatan itu.
“Maafkan saya jika saya pesimis, tapi kegembiraan warga Gaza terlalu dini dan saya harap saya salah,” katanya.
117 warga Gaza tewas pasca gencatan senjata
Sejak pengumuman kesepakatan gencatan senjata pada Rabu (15/1/25) hingga Sabtu pagi, setidaknya 117 warga Gaza tewas akibat serangan Israel. Militer Zionis memperintensifkan serangan udara di seluruh wilayah Gaza, termasuk bagian utara, tengah, dan selatan.
Di Gaza Utara, korban tewas terbanyak berasal dari rumah-rumah dihuni keluarga besar yang dibombardir. Hampir setengah dari korban meninggal merupakan anak-anak dan perempuan.
Pada Sabtu dini hari, Kabinet Israel menyetujui kesepakatan gencatan senjata tahap pertama dengan Hamas yang akan berlangsung selama 42 hari atau 6 pekan, termasuk pertukaran tahanan.
Menurut laporan dari portal berita Amerika Serikat, Axios, yang mengutip sumber dari anggota kabinet Israel, 24 menteri mendukung gencatan senjata tersebut, sementara 8 menteri menolaknya. (P-Zamir)