31.3 C
Jakarta
Sunday, September 8, 2024

    Kemenparekraf Siap Dukung Miss Tionghoa Indonesia 2024, Wamen Angela Tanoesoedibjo: Perhatikan “Sustainability”

    Terkait

    PRIORITAS, 3/5/24 (Jakarta): Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendukung penyelenggaraan beauty pageant Miss Tionghoa Indonesia 2024 yang akan diadakan Peraga Indonesia. Tapi diingatkan agar penyelenggara memperhatikan sustainability (keberlanjutan) kegiatan ini. “Peserta biasanya bertanya, setelah menang, ke mana? Mau jadi apa?” kata Wakil Menparekraf Angela Tanoesoedibjo saat menerima panitia penyelenggara di kantornya awal pekan ini.

    Dalam siaran pers yang diterima media ini Jumat (3/5), disebutkan, Wamen terlihat antusias menyampaikan masukan-masukan kepada penyelenggara. Dalam pandangannya, peserta kontes seperti dalam Miss Tionghoa Indonesia ini, akan bertanya apa yang akan mereka peroleh setelah menang?

    “Dari yang saya tahu, dalam sebuah kontes, peserta akan mendapat pengalaman, pelatihan-pelatihan, eskpos melalui media, dan akan menjadikan event seperti ini sebagai batu loncatan, misalnya ke level pageant internasional. Jadi perlu diupayakan kolaborasi dengan penyelenggara beauty pageant tingkat yang lebih tinggi, dalam hal ini tingkat internasional,” ujar Wamen kelahiran Ottawa, Kanada, 23 April 1987 itu.

    Wamenparekraf, Angela Tanoesoedibjo: Setelah menang, ke mana, mau jadi apa? (Foto: Kemenparekraf)

    Ia menambahkan, beberapa pageant atau kontes diarahkan untuk peserta terjun ke dunia entertainment. “Ini bagian dari keberlanjutan yang diharapkan. Mereka pasti ingin lebih, tidak hanya sampai di situ. Nah, hal itu perlu diperhatikan,” ucapnya.

    Kemenparekraf Siap Mendukung

    Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf, Vincensius Jemadu, mengingatkan, jangan sampai Miss Tionghoa Indonesia memperdalam isu dikotomi pribumi-nonpribumi. “Jangan sampai justru memunculkan aspek eksklusivitas warga Tionghoa,” ujar Vincensius Jemadu yang akrab dipanggil Vije.

    Menurutnya, Miss Tionghoa Indonesia bisa dianggap kontes kecantikan pertama  yang berlatar-belakang etnis, dalam hal ini etnis Tionghoa di mana pesertanya harus memiliki darah keturunan Tiongkok. Oleh karena itu ia menekankan agar tujuan penyelenggaraan event ini yaitu ingin merekatkan seluruh warga negara Indonesia tanpa memandang etnis, bisa terealisasi.

    Dikatakannya, sebagai sebuah gagasan dengan tujuan baik, Miss Tionghoa Indonesia perlu didukung. “Kemenparekraf siap mendukung,” ungkapnya.

    Fransiskus Handoko, Direktur Event Nasional dan Internasional di Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf, menambahkan, Kemenparekraf mengapresiasi Kontes Miss Tionghoa Indonesia 2024. Ia menyarankan agar kelak penyelenggara mempertimbangkan penyelenggaraan acara diadakan di daerah perbatasan seperti Kalimantan.

    Mencari Sosok Perempuan Tionghoa Panutan Generasi Muda

    Merespon pandangan dan masukan dari pihak Kemenparekraf, Ketua Panitia Penyelenggara yang juga Co-founder Peraga Indonesia, Nita J. Kartika, mengatakan, terkait pertanyaan setelah menang (peserta) mau ke mana, atau mau jadi apa, hal itu sudah dipikirkan.

    “Miss Tionghoa Indonesia baru pertamakali akan diadakan. Memang untuk saat ini kita belum berpikir untuk mengikutkan juara ke level yang lebih tinggi. Tapi kami punya cita-cita, ke depan bukan kita yang mengirimkan wakil ke kontes internasional di luar negeri, tapi peserta dari luar negeri yang datang ke Indonesia. Kita jadi tuan rumah,” paparnya.

    Dengan demikian, sambungnya, ini akan menambah devisa negara dari sektor pariwisata. “Untuk satu atau dua tahun penyelenggaraan, rasanya ide itu memang belum bisa dilaksanakan, tapi untuk jangka panjang, bisa,” timpal Founder Peraga Indonesia, Roy E. Mahieu.

    Founder Peraga Indonesia, Roy Mahieu, menyerahkan proposal kegiatan kepada Wamenparekraf, Angela Tanoesoedibjo. (Foto: Kemenparekraf)

    Disebutkan, penyelenggaraan Miss Tionghoa Indonesia 2024 bertujuan mencari sosok Perempuan Tionghoa panutan generasi muda dengan advokasi di bidang pendidikan, budaya, pariwisata dan sosial kemanusiaan. Para kontestan adalah para perempuan cantik, cerdas dan berkarakter positif.

    Kontes ini terbagi dalam tiga kategori yaitu anak, remaja dan dewasa. Peserta  harus berdarah Tiongkok, apakah dari ayah, ibu, atau kakek, nenek. “Miss Tionghoa Indonesia, merupakan wadah bagi generasi muda keturunan Tionghoa di Indonesia untuk berekspresi, menunjukkan bakat tanpa rasa segan karena mereka merupakan bagian dari Indonesia,” tutur Nita.

    Secara umum, syarat peserta adalah memiliki 3 B: Brain-Beauty-Behaviour alias cerdas, cantik dan berperilaku baik. Adapun para juara nantinya akan menjadi Brand Ambassador berbagai institusi/perusahaan pendukung event, di mana mereka siap untuk terjun ke dunia kerja yang akan memberi dampak jangka panjang pada karirnya.

    Bisa dikatakan bahwa kontes ini akan membawa perubahan nyata kepada kehidupan seseorang kontestan, menjadi pribadi yang lebih baik dan bertumbuh positif bersama komunitas.

    Akulturasi Budaya

    Terkait kekhawatiran soal ekses dari dikotomi pribumi-nonpribumi yang bisa timbul, Nita mengatakan bahwa dalam event Miss Tionghoa Indonesia, penyelenggara merencanakan terciptanya akulturasi budaya di mana peserta wajib memperlihatkan keterampilan yang menggambarkan perpaduan dua budaya, yaitu budaya Tionghoa dan daerah tempat peserta berasal di Indonesia.

    Roy Mahieu memberi contoh bahwa saat ini ada peserta yang kedapatan jago melukis kaligrafi. “Hal-hal seperti itu akan kami angkat untuk menghilangkan batas perbedaan di antara sesama anak bangsa,” katanya.

    Dikatakan, panitia penyelenggara juga mengajak komunitas UKM (Usaha Kecil dan Menengah) untuk bergabung dalam event. “Misalnya komunitas fashion yang akan menyediakan busana peserta, make up artist (MUA) lokal dan hair stylish yang akan mendandani peserta, bahkan koreografer kami ambil dari warga non-Tionghoa, biar mereka bisa berbaur dalam sebuah kerjasama nyata,” ungkap Roy.

    Dalam pelaksaan event, penyelenggara akan mengajak peserta terjun langsung ke masyarakat dalam kegiatan-kegatan sosial, seperti mengunjungi dan memberikan santunan kepada anak-anak yatim. Hal itu untuk memberikan kesadaran berbagi kepada peserta Miss Tionghoa Indonesia.

    September di Surabaya

    Peserta dari seluruh Indonesia. (Foto: Ist.)

    Lebih lanjut disebutkan, panitia penyelenggara juga menjalin kerjasama dengan perusahaan Production House (PH) dan Event Organizer (EO) untuk menyalurkan bakat peserta dalam dunia seni peran, musik, MC (Master of Ceremony), dan model. “Hampir semua peserta sangat ingin jadi artis, ya kami fasilitasi,” kata Roy, laki-laki asal Manado yang kini menetap di Surabaya. Roy merupakan dedengkot penyelenggara kontes-kontes kecantikan di Indonesia, satu di antaranya adalah Top Model Indonesia.

    Hadir mendampingi Roy dan Nita, beberapa anggota panitia penyelenggara dari Peraga Indonesia, yaitu Steven Yo selaku National Director, Haryanto Wiyoto (Marketing), Sissy Mathindas (Desainer), dan Herling Tumbel (Public Relations).

    Menurut rencana, Miss Tionghoa Indonesia akan diadakan pada bulan September 2024 di Surabaya. “Peserta dari seluruh Indonesia. Mereka  akan disaring dan yang memenuhi syarat dipersilakan datang ke acara grand final di Surabaya,” tambah Roy.

    Selain memperoleh piala dan peluang-peluang mengembangkan diri dan karir, panitia penyelenggara menyediakan berbagai hadiah bagi pemenang, termasuk hadiah uang jutaan rupiah. (P-PR/hdt)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    Terkini