Tonton Youtube BP

Kembalinya jutaan warga Afghanistan bisa picu terorisme

Jeffry Wuisan
27 Sep 2025 21:18
4 minutes reading

PRIORITAS, 27/9/25 (Kabul): Lonjakan besar jutaan migran yang dipaksa kembali ke Afghanistan yang miskin dari Pakistan dan Iran,  bisa memicu terorisme.

Sekitar 2,6 juta warga Afghanistan telah kembali sejak Januari 2025 ini, termasuk banyak yang telah menghabiskan puluhan tahun di luar negeri atau yang menginjakkan kaki di Afghanistan untuk pertama kalinya.

“Risiko teroris ISIS Khorasan melihat warga Afghanistan yang baru tiba ini,  sebagai kelompok rekrutmen potensial sangat tinggi,” ujar mantan koordinator komite PBB yang memantau kelompok militan, Hans-Jakob Schindler, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Asharq Al Awsat, hari Sabtu (27/9/25).

Keamanan di Afghanistan telah jauh lebih baik sejak Taliban memenangkan pemberontakan mereka melawan pemerintah yang didukung NATO dan kembali berkuasa pada tahun 2021.

Namun, kelompok ekstremis saingan yang berpijak di Afghanistan timur seperti teroris ISIS, masih melakukan serangan berkala dan tetap menjadi ancaman bagi kekuasaan Taliban dan wilayah yang lebih luas.

“Sejak Agustus 2021, kelompok tersebut terus merekrut anggota Taliban yang tidak puas serta warga Afghanistan yang bukan bagian dari rezim baru,” ungkap Schindler.

Ancaman serius

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah memperingatkan tentang lingkungan yang permisif bagi berbagai kelompok teroris.

Ini menimbulkan ancaman serius terhadap keamanan negara-negara Asia Tengah dan negara-negara lainnya.

Ancaman paling serius datang dari kelompok ISIS, dengan 2.000 anggotanya telah melancarkan serangan mematikan di Rusia, Iran, dan Pakistan dalam beberapa tahun terakhir.

Sementara Taliban Pakistan, kelompok terpisah tetapi terkait erat dengan Taliban Afghanistan, memiliki tiga kali lipat jumlah keompok teroris.

Kelompok ini berfokus pada kampanye melawan pasukan keamanan pemerintah Pakistan.

Pakistan secara konsisten menuduh penguasa Afghanistan memberikan tempat berlindung yang aman bagi kelompok militan.

Pemerintah Taliban telah berulang kali mengklaim tidak ada lagi organisasi teroris yang beroperasi di Afghanistan.

Para pengungsi Afghanistan dari negara tetangga bersiap berangkat untuk kembali ke negara mereka.(kabultimes)

Rentan dimanfaatkan

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) telah memperkirakan hingga empat juta warga Afghanistan dapat kembali ke negaranya pada akhir tahun.

“Setibanya di sana, mereka menghadapi tantangan yang sangat besar, tanpa pekerjaan, perumahan, atau akses ke layanan dasar,” kata koordinator kemanusiaan PBB di negara tersebut, Indrika Ratwatte.

Ia menilai gelombang warga yang kembali ke Afghanistan ini menjadi rentan dimanfaatkan dalam mekanisme penanganan negatif, termasuk dieksploitasi kelompok bersenjata.

Menurut Bank Dunia, hampir separuh dari 48 juta penduduk Afghanistan hidup di bawah garis kemiskinan, dan hampir seperempat penduduk berusia 15-29 tahun menganggur.

“Kita sudah tahu bahwa beberapa warga Afghanistan bergabung dengan kelompok teroris bukan karena keyakinan, tetapi karena kebutuhan ekonomi,” kata seorang sumber diplomatik Eropa.

“Warga Afghanistan yang telah menghabiskan puluhan tahun di luar negeri,  dianggap orang luar ketika mereka tiba di Afghanistan”, kata peneliti Institut Studi Strategis (ISSI) di Islamabad, Amina Khan.

Beberapa orang akan menyimpan dendam terhadap Pakistan, yang telah mengusir mereka dan merampas bisnis serta properti mereka.

“Mereka adalah umpan sempurna bagi kelompok teroris transnasional yang beroperasi di kawasan ini,” ujarnya.

Bom waktu

Menurut Rusia, Afghanistan adalah rumah bagi sekitar 23.000 pejuang dari 20 organisasi berbeda.

“Kekhawatiran terbesar adalah aktivitas cabang Afghanistan (ISIS)… yang memiliki kamp pelatihan, terutama di timur, utara, dan timur laut negara itu,” ujar Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Sergei Shoigu, pada akhir Agustus lalu.

Pada bulan Juli, setahun setelah ISIS membunuh 149 orang dalam penembakan massal di tempat musik Moskow, Rusia.

Rusia menjadi negara pertama — dan satu-satunya — yang mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan.

Dikatakannya, keputusan itu akan meningkatkan keamanan regional dan perang melawan ancaman terorisme”.

“Banyak serangan yang digagalkan di Eropa antara tahun 2023 dan 2025 telah dikaitkan kembali dengan (ISIS),” kata Schindler.

Sumber diplomatik menilai, bagi banyak negara Eropa, risiko semacam bom waktu bagi Eropa adalah nyata.

Satu-satunya cara untuk menghentikan perekrutan ini adalah dengan membangun masa depan yang bermartabat  bagi para migran, berkat bantuan asing.

Sektor kemanusiaan di sejumlah negara berkembang termasuk Afghanistan, telah terpukul akibat pemotongan dana sejak Presiden AS Donald Trump berkuasa pada bulan Januari.(P-Jeffry W)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x