PRIORITAS, 14/6/25 (Ahmedabad, India): Puluhan keluarga korban duduk menunggu di luar rumah sakit B.J. Medical College, Ahmedabad, sejak Jumat (13/6/25) pagi, berharap segera menerima jenazah kerabat mereka yang tewas dalam kecelakaan Air India. Sementara itu, tim medis terus mengumpulkan sampel gigi dan DNA untuk proses identifikasi.
Pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik Air India tujuan London jatuh pada Kamis (12/6/25), tak lama setelah les landas dari Ahmedabad. Dalam insiden ini, 242 penumpang dan kru pesawat tewas, menjadikannya kecelakaan penerbangan paling mematikan di dunia dalam sepuluh tahun terakhir.
“Berikan jenazah dulu, baru kami mau bicara. Kami sangat kelelahan,” ujar seorang perempuan lansia yang kehilangan empat anggota keluarganya, termasuk dua anak, di luar rumah sakit.
Sang perempuan lansia itu menolak wawancara lebih lanjut sampai jenazah keluarganya dikeluarkan dari ruang autopsi. Kondisinya mewakili banyak keluarga yang masih menanti kejelasan nasib orang terdekat mereka.
Identifikasi lewat catatan gigi
Sejumlah kerabat telah memberikan sampel darah untuk uji DNA. Pemerintah negara bagian menyatakan sudah menerima 219 pengajuan dari keluarga korban untuk proses identifikasi.
“Kami mencatat kondisi gigi dari 135 jenazah yang hangus, situasinya sangat menyayat hati,” kata Dr Jaishankar Pillai, dokter gigi forensik, kepada media lokal, seperti dikutip Reuters, Sabtu (14/6/25).
Tim forensik bekerja hingga pukul 04.30 pagi pada Jumat (13/6/25). Dr Pillai menjelaskan, gigi menjadi bagian tubuh paling tahan panas dan dapat digunakan untuk mengonfirmasi identitas korban.
Menurutnya, catatan medis, radiografi gigi, hingga foto selfie korban yang memperlihatkan celah gigi bisa membantu proses pencocokan. Namun hingga hari ini, belum semua jenazah berhasil dikenali.
Anak-anak jadi korban
Di luar kamar jenazah, Ms Daksha Patni terus menangis sambil menunggu tubuh keponakannya, Akash Patni (14). Akash tewas saat pesawat menabrak bangunan dekat warung teh milik keluarganya.
“Petugas rumah sakit tak memberi kejelasan. Mereka hanya bilang tunggu 72 jam. Kami ini orang kecil, jadi tak diberi akses,” ungkap Ms Patni.
Tragedi ini tak hanya menewaskan penumpang di dalam pesawat, namun juga warga sipil di sekitar lokasi jatuhnya pesawat.
Penyebab kecelakaan hingga kini belum diketahui. Kementerian Penerbangan India menyatakan penyelidikan resmi telah dibuka. Ini merupakan insiden fatal pertama yang melibatkan pesawat Boeing 787 Dreamliner.
Seorang kerabat korban bernama Abdur Razzaq Chitthi Wala (81) menyesalkan pihak rumah sakit yang belum mengizinkan verifikasi jenazah. Ia mengaku menerima video kondisi tubuh kerabatnya, yang masih dapat dikenali.
“Saya cuma ingin memastikan langsung. Tapi mereka menyuruh saya beri sampel darah, lalu menunggu,” katanya kepada kantor berita IANS. (P-Khalied Malvino)