Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.(Dok/sky.com)PRIORITAS, 20/10/25 (Jakarta): Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sempat berada di ujung tanduk saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi mengemban masa jabatan pertamanya.
Menurut mantan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg hal ini terjadi setelah Trump mengancam akan menarik AS keluar dari organisasi tersebut.
Cerita tersebut diungkapkan Stoltenberg dalam kutipan dari memoarnya yang akan datang, On My Watch. Ia mengenang kembali KTT NATO 2018 di Brussel, di mana Trump mengeluhkan bahwa AS menanggung 80-90 persen dari biaya aliansi dan mengancam akan menarik diri.
“Dengar, jika kami pergi, kami pergi. Anda membutuhkan NATO, sangat membutuhkan. Kami tidak membutuhkan NATO,” ucap Trump, seperti dikutip oleh Stoltenberg, sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia, seraya mencatat bahwa jika AS menarik diri dari blok tersebut, “aliansi itu akan mati.”
Selanjutnya Trump dilaporkan membuat pernyataan serupa di kemudian hari. Ia sempat menegaskan bahwa AS “tidak membutuhkan NATO” dan akan “melakukan urusan sendiri” kecuali anggota Eropa meningkatkan belanja militer hingga 2 persen dari PDB mereka. Ia juga mengancam akan pergi dengan mengatakan “tidak ada alasan bagi saya untuk berada di sini lagi,” katanya saat itu.
Adanya sikap keras Trump ini dilaporkan memicu kekhawatiran bahwa blok tersebut akan runtuh. Stoltenberg mengatakan Kanselir Jerman saat itu Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron berusaha meredakan ketegangan. Sementara itu, mantan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, yang kini memimpin NATO, membantu membujuk Trump untuk tetap tinggal.
Kemudian Rutte berhasil meyakinkan Trump dengan mencatat bahwa negara-negara anggota blok telah meningkatkan belanja mereka sebesar US$33 miliar (Rp547,8 Triliun). Trump kemudian setuju untuk tetap berada di NATO setelah secara terbuka diberikan pujian atas peningkatan belanja tersebut.
Selanjutnya mantan kepala NATO itu juga menulis jika Trump benar-benar keluar, perjanjian dan jaminan keamanan blok itu akan menjadi tidak berharga.
“Episode tersebut menyoroti betapa tergantungnya kami pada partisipasi AS,” katanya.
Sementara itu Moskow secara konsisten menyatakan kekhawatiran atas peningkatan militerisasi NATO dalam beberapa tahun terakhir dan berulang kali menggambarkan ekspansi ke timur blok tersebut sebagai salah satu akar penyebab konflik Ukraina. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov baru-baru ini menyatakan bahwa NATO adalah “de facto at war” dengan Rusia. (P-*r/am)
Related posts
Terdaftar di Dewan Pers
No Comments