PRIORITAS, 11/5/25 (Jakarta): Jajaran Kementerian Agama (Kemenag) diminta untuk mengembangkan program-program yang memupuk cinta di antara manusia sebagai landasan dari ekoteologi.
“Kita ingin menampilkan ontologi yang berbeda dari teologi maskulin yang selama ini kita kembangkan, sebuah teologi yang secara konvensional dianut oleh kita semua,” ungkap Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (11/5/25).
Adapun pernyataan Menag tersebut disampaikan saat Rapat Koordinasi Program Prioritas Bersama Menteri Agama, di Jakarta. Menurut Menag, cinta dapat menjadi motor bagi meningkatnya kualitas kemanusiaan masyarakat.
Dikatakan Imam Besar Masjid Istiqlal ini teologi yang berkembang selama ini tidak menyentuh dunia kemanusiaan yang paling dalam.
“Sehingga kemanusiaan dangkal yang kita raih. Yang kita inginkan adalah memanusiakan manusia, bahkan disamping ini memanusiakan alam semesta, memanusiakan binatang, memanusiakan alam,” ujarnya.
Diapun meyadari kalimat memanusiakan alam semesta akan terdengar aneh bagi masyarakat awam, kendati jika merujuk pada berbagai kitab suci, maka akan banyak menjumpai makna cinta, bukan hanya untuk sesama manusia, tetapi juga alam.
“Memang kalimat-kalimat aneh, bagaimana secara ontologi selama ini kita memaknai alam itu sebagai benda mati saja, sebagian ada benda hidup, ada yang biologis dan ada yang nonbiologis.” katanya.
Sementara itu Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Suyitno mengatakan dari sejumlah program Direktorat Pendidikan Islam, yang menjadi perhatian khusus kaitannya dengan menterjemahkan ekoteologi dan kurikulum cinta yakni Green Madrasah dan Green Kampus.
“Riset-riset ke depan akan diarahkan kepada riset-riset yang berdampak, mencarikan solusi agar semua kepentingan layanan Kementerian Agama dilakukan penguatan riset dari kampus-kampus maupun LP2M yang ada,” ujarnya.
Sedangkan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Sahiron menjelaskan berbagai program yang tengah digarap Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, di antaranya yakni internasionalisasi perguruan tinggi, peningkatan akreditasi, hingga penguatan vokasi. (P-*/Armin M)