PRIORITAS, 18/6/25 (Jakarta): Ketegangan antara Iran dan Israel di kawasan Timur Tengah kini mencapai titik yang mengejutkan. Sejak Jumat (13/6/25) lalu, konflik bersenjata terus berlanjut, dengan Iran meluncurkan serangan balasan ke-10 ke wilayah Israel. Serangan tersebut tak hanya menyebabkan kerusakan infrastruktur, tetapi juga mengganggu kestabilan ekonomi militer Israel. Lalu, berapa besar anggaran yang harus dikucurkan Israel untuk menahan gempuran rudal dari Iran?
Berdasarkan laporan dari surat kabar Haaretz, Israel diperkirakan harus mengeluarkan dana hingga satu miliar shekel—setara dengan USD287 juta atau sekitar Rp4,68 triliun—untuk menghadang setiap gelombang rudal dari Iran. Angka yang sangat besar ini menunjukkan betapa tingginya biaya operasional sistem pertahanan udara yang digunakan untuk menangkis rudal balistik dan serangan drone milik Iran.
Israel menggunakan sistem pertahanan udara berlapis, termasuk Iron Dome, David’s Sling, serta Arrow 2 dan Arrow 3. Bahkan, sistem THAAD milik Amerika Serikat turut dioperasikan. Meski begitu, sistem Arrow tetap menjadi andalan utama untuk menangkal ancaman jarak jauh yang datang dari Iran.
Arrow 2 dirancang untuk mencegat rudal di dalam atmosfer, sedangkan Arrow 3 berfungsi di luar atmosfer. Biaya tiap rudal pencegat Arrow 2 diperkirakan mencapai US$1,5 juta atau sekitar Rp24,46 miliar, sementara rudal Arrow 3 bahkan lebih mahal, yakni dua juta USD atau sekitar Rp32,63 miliar per unit. Tak heran, sistem pertahanan ini termasuk yang termahal di dunia.
Satu rudal sekitar Rp489,66 juta
Selain itu, sistem pencegat lain juga menuntut anggaran besar: satu rudal Iron Dome dibanderol sekitar US$30.000 atau Rp489,66 juta, sedangkan David’s Sling menelan biaya hingga US$700.000 atau sekitar Rp11,42 miliar per unit.
Secara keseluruhan, Israel telah menghabiskan lebih dari satu miliar USD atau sekitar Rp16,32 triliun—untuk merespons serangan terbatas yang diluncurkan oleh Iran.
Yang mengejutkan, Iran sendiri justru melakukan serangan menggunakan drone dan rudal tua dengan biaya rendah. Profesor Mohammad Marandi dari Universitas Teheran menyebut, operasi Iran disengaja dilakukan secara terbatas, dengan hanya menggunakan 12 rudal canggih. Tujuannya jelas, yakni memancing Israel untuk menggunakan sistem pertahanan mahal dan menguras anggarannya.
Dalam perang Iran Israel ini, ketimpangan biaya sangat terlihat. Sementara Iran hanya mengeluarkan beberapa juta dolar, Israel harus merogoh kocek hingga miliaran dolar untuk menjaga langitnya tetap aman.
Biaya luar biasa
Efektivitas sistem pertahanan memang tinggi, yakni hingga 90 persen menurut data Arrow 3, tetapi biayanya luar biasa besar dan tidak bisa terus dipertahankan dalam jangka panjang.
Pejabat intelijen Israel menyatakan, jika tempo serangan Iran tetap stabil, maka sistem pertahanan Israel hanya bisa bertahan sekitar 10 hingga 12 hari lagi tanpa pasokan ulang dari Amerika Serikat. Setiap malam, sistem pertahanan rudal Israel menyedot biaya sekitar 1 miliar shekel (mata uang Israel) atau sekitar Rp 4,65 triliun.
Analisis dari para pakar militer menunjukkan, Israel semakin kewalahan. Bahkan dalam beberapa kasus, rudal Iran berhasil menghantam area sensitif di dalam negeri, termasuk dekat markas intelijen dan kilang minyak utama.
Israel melumpuhkan sepertiga rudal Iran
Kendati demikian, Israel mengklaim telah berhasil melumpuhkan sekitar sepertiga peluncur rudal milik Iran serta meraih dominasi di udara. Namun, sebagian besar persenjataan Iran—lebih dari setengahnya—dilaporkan masih tersimpan aman di fasilitas bawah tanah yang sulit dideteksi.
Konflik antara Iran dan Israel tidak hanya menjadi ajang unjuk kekuatan militer, tetapi juga uji ketangguhan ekonomi. Dengan biaya pertahanan yang menembus miliaran dolar demi menangkal serangan berbiaya rendah dari Iran, Israel dihadapkan pada tekanan ekonomi yang semakin berat. (P-*r/Zamir Ambia)
