Jakarta, 15/3/20 (SOLUSSInews.com) – Pihak Ikatan Dokter Indonesia menyebut pasien yang terinfeksi virus novel korona (Covid-19) berpotensi besar untuk sembuh. Adapun, probabilitas kesembuhannya mencapai 97 persen.
“Penyakit ini jangan disamakan dengan flu burung yang kematiannya tinggi. Covid-19 ini gejala klinisnya ringan, yang meninggal 2-3 persen. Artinya, kemungkinan sembuh ada di atas 97 persen,” kata Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Persahabatan, Erlina Burhan di Kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jakarta Pusat, Kamis (5/3/20) lalu.
Erlina menjelaskan, gejala klinis yang ditimbulkan Covid-19 memang bervariasi, mulai dari batuk, demam, pilek, hingga sesak nafas. Namun umumnya, gejala klinis tersebut terbilang ringan dan dapat disembuhkan.
Terlebih lagi, virus memiliki karakter self limiting desease yang artinya dapat hilang dengan sendirinya apabila imunitas tubuh seseorang dalam keadaan baik.
“Yang diatasi dari virus ini adalah gejala-gejala yang ditumbulkannya. Mengobati simtomnya, memberikan support terhadap kelainan-kelainan yang ditimbulkan, karena belum ada obat spesifik untuk virus ini,” ujarnya.
Beraktivitas seperti biasa
Erlina juga menjabarkan, orang dapat dinyatakan sembuh dari Covid-19 apabila tes yang dilakukan sebanyak dua kali menunjukan hasil negatif.
Sesufpdahnya, orang tersebut bisa beraktivitas seperti biasa tanpa harus takut menularkan virus tersebut ke lingkungan sekitarnya.
“Definisi sembuh adalah setelah dinyatakan pemeriksaan PCR menunjukan negatif dua kali berturut-turut dalam waktu selang dua hari. Ini sudah masuk definisi sembuh. Artinya sudah tidak ada virus. Sampai saat ini teorinya seperti itu, karena virus ini dinamis. Artinya kalau negatif, tidak menularkan,” bebernya.
Erlina menegaskan, Covid-19 bukanlah virus yang harus ditakuti. Pasalnya, masih banyak virus lainnya yang perlu diwaspadai, dan tingkat kematiannya lebih tinggi.
“Banyak yang kematiannya jauh lebih tinggi, TBC kematiannya 98 ribu pertahun. HIV, hepatitis juga kemantiannya lebih tinggi dari Covid-19. Masyarakat memang harus waspada, tapi jangan panik,” tandas Erlina Burhan, seperti diberitakan Media Indonesia. (S-MI/jr)