Jakarta, 7/11/22 (SOLUSSInews.com) – Sebagaimana diketahui, industri seni pertunjukan musik baru saja bangkit setelah dua tahun terpaksa tidur total disebabkan serbuan pandemi. Sejak medio tahun kita bisa menyaksikan mulai menggeliatnya industri ini, dilihat dari munculnya berbagai festival dan konser di seluruh penjuru Indonesia.
Data sepanjang 2022, lebih dari 50 festival dan konser musik dihelat di tanah air. Baik skala regional, nasional maupun internasional. Kita menyambut gembira karena industri musik menghidupi puluhan ribu orang, dari seniman, artis hingga karyawannya. Promotor acara musik bahagia.
Lalu mendadak sontak mencuat kabar tak mengenakkan di ujung bulan Oktober. Yaitu dihentikannya konser “Berdendang Bergoyang” di Istora Senayan oleh polisi pada hari kedua. Tepat pukul 10 malam, puluhan band dan penyanyi tak bisa tampil di panggung. Dan pada hari ketiga, konser distop dan penonton pulang kecewa.
Beberapa artis musik yang tak bisa unjuk diri diantaranya D’Masiv, Marcell Siahaan, Saykoji, Maliq n The Essentials, Rossa dll (beruntung Rhoma Irama dan Soneta Group di hari kedua bisa tampil).
Pada hari pertama, berjalan mulus dan lancar. Puluhan band dan artis nyaman beraksi antara lain Armada, Siti Badriah, Iwa K, Hindia, Pamungkas, Tulus, Rizky Febrian, Tony Rastafara dan seabreg artis lain.
Disebabkan ‘over capacity’
Dihentikannya konser pada hari ketiga disebabkan over capacity. Khalayak yang menyesaki Istora membludak mencapai lebih dari 20.000 penonton, padahal kapasitas Istora hanya 10.000 orang. Promotor dari Emvro Production dan sembilan panitia lain menjadi saksi dan dimintai tanggung jawab. Izin keramaian pun dicabut.
Siapa yang salah?
“Dibatalkannya sebuah izin acara musik harus dinilai dengan baik dan menjadi catatan bagi para penyelenggara acara di negara kita. Promotor harus memahami SOP (standart operating prosedure) secara menyeluruh dan terinci,” lontar Dino Hamid selaku Ketum Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) yang mendadak mengeluarkan pernyataan sikap di M Bloc, Jakarta, baru-baru ini.
Pendapat serupa juga dinyatakan Dewi Gontha sebagai Ketua Bidang Program dan Investasi APMI. “Kebijakan dan policy izin pertunjukan di suatu daerah berbeda. Di kota A begini, di kota B lain lagi. Dan kita harus paham. Promotor dan pekerja di dalamnya juga harus mengikuti ketentuan aturan perizinan, juga harus menerapkan SOP yang sudah dibuat dan disetujui bersama,” ujar Dewi Gontha yang sukses menggelar Java Jazz selama 15 tahun di Jakarta.
David Karto selaku Ketua bidang Komunikasi dan Humas APMI mengemukakan, para promotor jangan melakukan aji mumpung. “Surat izin keramaian dari polisi belum keluar, tiket sudah dijual dan sold out. Ini kan enggak benar,” beber David Karto yang baru saja menghelat “Synchronize Festival” di Pasar Gambir, Kemayoran, Jakarta dan mempertemukan kembali empat personel Dara Puspita dalam sebuah reuni setelah hampir 40 tahun tak bertemu.
“Promotor mesti lihai dan tahu adanya carrying capacity yaitu daya dukung tempat pertunjukan harus sesuai saat gelar acara. Satu hal lagi, promotor tahu early warning system. Yang enggak masuk aturan jangan dilanggar,” urai David Karto.
Kabar terbaru menyangkut bisnis pertunjukan yaitu terbitnya ‘posponed’ (ditunda) ihwal Pesta Rakyat l “30 tahun Berkarya Dewa 19” di Jakarta International Stadium (JIS) di Sunter, Jakarta, dari 12 Oktober 2022 menjadi Februari 2023.
Kemudian ada lagi penundaan konser Blackpink dari Korsel di GBK Jakarta ke tahun 2023 mendatang.
Bulan November hingga Desember jelang tutup tahun juga ada konser Soundrenaline di Ancol, Jakarta (sedianya di GWK Bali, tapi dipindah), lalu ada konser Sheila On 7 di Jakarta dan puncaknya konser Slank di lima kota. Dan terakhir, merayakan Ultah Slank di pelataran Candi Prambanan, 11 Desember 2023.
“Kami dari APMI bersedia melakukan kolaborasi pendampingan secara ketat dari awal sampai akhir pertunjukan. Ini demi kebaikan kita bersama,” timpal Dino Hamid yang mengimbau kepada EO pertunjukan musik tradisi/etnis untuk bergabung dalam APMI.
“Bersatu kita utuh, bercerai kita bubar,” pungkas Dino Hamid. (pik/jr)