Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menjelaskan, secara teknis, kendaraan yang diproduksi sejak tahun 2000 umumnya sudah dapat menggunakan BBM E10 tanpa perlu dilakukan modifikasi tambahan.
“Kami sudah lama melakukan kajian, percobaan, dan berbagai hal. Jadi, kalau secara global saya sudah lihat dengan E10, kendaraan-kendaraan yang dibuat setelah tahun 2000 itu seharusnya sudah mampu mengadopsi BBM E10 tanpa masalah,” ujar Kukuh seperti dilansir dari Antara, Selasa (14/10/25).
Kukuh juga mengungkapkan, pengujian terhadap kadar etanol yang lebih tinggi pun telah dilakukan di Indonesia. “Kami sudah melakukan percobaan hingga E20 pun tidak ada masalah. Di Brasil saja sudah bisa sampai E100, bahkan di sini pun kami sudah uji coba,” tambahnya.
Dukungan Gaikindo terhadap implementasi E10 sejalan dengan agenda nasional untuk menurunkan emisi karbon dan mempercepat penggunaan energi terbarukan.
“Tentu kami mendukung, secara teknis itu baik, karena ini salah satu upaya menuju net zero emission dengan renewable energy, sebab etanol itu kan terbarukan,” ucap Kukuh.
Menyiapkan roadmap
Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan peta jalan atau roadmap untuk penerapan bahan bakar E10, yaitu BBM dengan kandungan etanol sebesar 10 persen.
Inisiatif pengembangan E10 ini didorong oleh keberhasilan program biodiesel sebelumnya, yang dimulai dari B10—campuran 10 persen minyak sawit mentah (CPO) dengan 90 persen solar—dan kini telah berkembang hingga B40. Pemerintah bahkan menargetkan penerapan B50 pada tahun 2026.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa pelaksanaan E10 masih menunggu kesiapan fasilitas produksi etanol, baik yang bersumber dari tebu maupun singkong. Upaya ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat industri etanol nasional. (P-*r/Zamir Ambia)
No Comments