Seorang warga Italia saat menerima suntikan vaksin antivirus influenza.(@giulia.sampii)PRIORITAS, 2/12/25 (Stockholm): Penyakit Influenza ganas varian K dari virus H3N2 telah merebak dan menimbulkan ratusan korban meninggal. Selain itu ratusan ribu orang jatuh sakit di Amerika Serikat (AS), Eropa dan Jepang akibat virus ini.
Otoritas kesehatan sejumlah negara telah mengeluarkan peringatan kepada negara-negara lain di dunia, untuk mempersiapkan diri terhadap serangan virus flu baru tersebut.
Menurut informasi yang diperoleh Beritaprioritas.com, hari Selasa (2/12/25), European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) atau Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, Â melaporkan varian K virus influenza itu telah muncul lebih cepat dari prediksi dengan tingkat kekuatan yang lebih besar.
Merespons tren ini, ECDC merekomendasikan percepatan proses vaksinasi, terutama bagi kelompok populasi yang paling berisiko seperti lansia dan anak-anak.
Varian flu ganas ini sudah merebak di negara-negara maju seperti Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat.
Data per 15 November 2025 menunjukkan lonjakan kasus yang signifikan di AS, dengan 300 kasus kematian, Â 650.000 kasus dilaporkan, dan 7.400 pasien dirawat inap.
Mirip influenza biasa
Secara umum, gejala flu varian K ini mirip dengan influenza biasa yang sudah dikenal masyarakat.
Gejala klasik seperti batuk, demam, malaise (lemas/tidak enak badan) dan nyeri otot tetap muncul.
Namun, masyarakat perlu mewaspadai tanda-tanda yang lebih intens pada mutasi baru ini, antara lain jika terjadi demam yang lebih tinggi dari biasanya dan masalah pernapasan atau sesak napas.
Perhimpunan Kedokteran Keluarga dan Komunitas Spanyol (SEMFYC) turut memperingatkan potensi komplikasi akibat varian K ini.
Juru bicara Kelompok Kerja Penyakit Menular SEMFYC, Jose Maria Molero, mengingatkan penyebaran virus lintas negara sulit dibendung.
“Virus tidak dapat dikurung di suatu negara. Wajar jika varian virus H3N2 yang telah beredar sejak April atau Mei di berbagai negara Uni Eropa dapat mencapai Spanyol (dan negara lain),” kata Molero, seperti dirilis BeritaSatu.com.
Puncak epidemi diprediksi akan terjadi pada akhir Desember tahun 2025 ini. Para ahli menekankan vaksinasi tetap menjadi tameng utama.
Meskipun virus ini mungkin tidak lebih ganas secara intrinsik, tetapi berpotensi menyebabkan lonjakan rawat inap, Â karena menyerang sistem kekebalan tubuh yang belum siap menghadapi perubahan antigenik tersebut.
Karena itu, masyarakat yang belum mendapatkan vaksin disarankan segera melakukan vaksinasi, Â agar tubuh memiliki antibodi efektif melawan varian baru ini.(P-Jeffry W)
No Comments