PRIORITAS, 14/6/25 (Teheran): Serangan udara Israel terhadap fasilitas nuklir Iran pada Jumat (13/6/25) memicu kekhawatiran tentang dampak radiasi, namun hingga kini belum ditemukan bukti kebocoran radioaktif ke lingkungan sekitar.
Citra satelit menunjukkan kompleks Natanz, pusat utama pengayaan uranium Iran, mengalami kerusakan berat. Pilot Fuel Enrichment Plant yang memproduksi uranium dengan tingkat kemurnian 60 persen hancur total. Video amatir memperlihatkan asap gelap membumbung dari lokasi serangan.
“Level radioaktivitas di luar Natanz tetap normal dan tidak menunjukkan dampak radiasi terhadap lingkungan maupun warga,” kata Rafael Mariano Grossi, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dalam sesi Dewan Keamanan PBB.
Fasilitas reaktor selamat dari serangan
Laporan IAEA mengonfirmasi, serangan tidak mengenai fasilitas reaktor aktif seperti pembangkit listrik di Teluk Persia dan reaktor penelitian di Teheran. Kompleks Arak, yang pernah dicurigai sebagai tempat produksi plutonium, juga tak terdampak. Lokasi itu telah dinonaktifkan melalui perjanjian nuklir internasional pada 2015.
Iran telah memusatkan aktivitas nuklirnya pada uranium, bukan plutonium. Pengayaan uranium di Iran kini mencapai 60 persen—mendekati level untuk senjata nuklir. Risiko kesehatan meningkat seiring naiknya tingkat kemurnian uranium-235, yang melepaskan radiasi gamma berenergi tinggi.
“Paparan partikel alfa di dalam fasilitas memang ada, tapi masih bisa dikelola dengan perlindungan radiasi yang sesuai,” ujar Grossi, mengutip New York Times, Sabtu (14/6/25).
Partikel uranium dan turunannya berisiko menyebabkan gangguan ginjal serta kerusakan DNA. Rute utama paparan adalah melalui inhalasi debu radioaktif atau konsumsi air dan makanan terkontaminasi. Lokasi Fordo dan Isfahan juga dilaporkan mengalami serangan, namun IAEA menyatakan masih mengumpulkan informasi terkait dampaknya. (P-Khalied Malvino)