PRIORITAS, 24/6/24 (Jakarta): Ada fakta yang menunjukkan, laju pertumbuhan penduduk RI turun terus tiap tahun. Dan yang terbaru mencetak rekor terendah sepanjang masa.
Ya, sebuah kajian menyebutkan, ini bisa menjadi risiko bagi negeri lantaran proporsi penduduk yang tua akan meningkat signifikan sementara tingkat kesejahteraan-nya tidak bisa mengikuti.
Jika berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata laju pertumbuhan penduduk dalam lima tahun terakhir (2020 – 2024) hanya 1,11 persen. Ini merupakan rekor terendah sepanjang masa sejak terhitung dari tahun 1971. Padahal pada 1971-1980 rata-rata 2,31 persen dan 1980-1990 di angka 1,98 persen, 1990-2000 (1,49 persen), 2000-2010 (1,49 persen), lalu pada 2010-2020 (1,36 persen), kemudian terus menurun.
Memang belum diketahui pasti, apakah penurunan jumlah penduduk ini ada hubungannya dengan “resesi seks” seperti yang diindikasi terjadi di sejumlah negara, seperti Jepang dan Singapura.
Namun yang pasti, benar adanya penurunan jumlah pertumbuhan penduduk kitw.
Lansia bisa mendominasi
Memang, penurunan pertumbuhan penduduk sebenarnya bisa dibilang keberhasilan program Keluarga Berencana (KB). Namun, ini bisa menjadi risiko karena jumlah kelahiran baru tidak mampu menggantikan generasi sebelumnya.
Saat ini, humlah penduduk Indonesia didominasi oleh masyarakat berusia produktif berada di rentang usia 20 – 35 tahun. Jika dominasi penduduk usia produktif ini tidak bisa digantikan oleh generasi penerusnya, seiring dengan usia yang berlanjut dalam beberapa puluh tahun lagi, golongan Lansia bisa mendominasi negeri.
Dengan jumlah penduduk yang semakin tua dan jumlah penduduk usia produktif yang menurun, negara mungkin menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakatnya. Ini termasuk penurunan tenaga kerja yang produktif dan berkurangnya kontribusi pajak, yang dapat mempengaruhi keberlanjutan ekonomi negara.
Generasi sandwich
Salah satu solusi yang bisa digencarkan untuk mengatasi ini ialah meningkatkan kemampuan finansial seseorang di usia produktif agar mencapai masa pensiun yang bahagia.
Namun, untuk mencapai kebebasan finansial di masa pensiun rasanya masih sulit jika anak muda saat ini malah kebanyakan terjerat sebagai generasi sandwich.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020, 71 juta penduduk Indonesia merupakan generasi sandwich, ini mewakili lebih dari seperempat. Sebanyak 8,4 juta generasi sandwich di antaranya tinggal bersama anggota keluarga di luar keluarga inti yang mereka biayai atau disebut juga extended family.
Generasi sandwich (generasi roti lapus), ialah, golongan orang-orang yang menanggung semua anggota keluarganya, baik orang tua maupun anak dan saudara kandungnya.
Berdasarkan sebarannya, gen Y atau generasi yang berusia 24 – 39 tahun pada 2020 lalu paling banyak menjadi generasi sandwich.
Anak muda saat ini yang sedang menjadi generasi sandwich akan cenderung memikirkan dua kali untuk menambah generasi penerus, lantaran ini bisa menjadi beban yang berkelanjutan. Alhasil, laju pertumbuhan penduduk bisa terus menyusut tiap tahun-nya.
Risiko laju pertumbuhan penduduk yang terus susut memang menjadi konsekuensi untuk mendapatkan generasi penerus yang berkualitas, bukannya berdasarkan kuantitas. Karena pada akhirnya, suatu generasi akan mengupayakan yang lebih baik bagi tumbuh kembang generasi berikutnya.
Upaya tersebut membutuhkan kemampuan secara finansial, mental yang stabil, infrastruktur memadai, sampai dukungan pemerintah untuk mengupayakan pendidikan yang berkualitas. (P-CNBCi/jr) — foto ilustrasi istimewa