PRIORITAS, 15/1/25 (Jakarta): Perkembangan teknologi maritim terus bergerak maju. Sekarang ada teknologi data yang disebut Automatic Identification System (AIS). Teknologi ini berbasis satelit, dan kini menjadi tonggak penting dalam pengelolaan lalu lintas maritim global.
Periset Pusat Riset Teknologi Satelit Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dicka Ariptian Rahayu, menyampaikan hal itu dalam keterangannya yang dibagikan kepada media, hari ini Rabu (15/25). Ia menyatakan, teknologi AIS memiliki kemampuan memantau pergerakan kapal di seluruh dunia, bahkan di wilayah terpencil yang sulit dijangkau. Data AIS berbasis satelit pun menawarkan berbagai potensi di bidang logistik, keamanan maritim, dan penelitian lingkungan.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, katanya, penggunaan satelit untuk mengumpulkan data AIS semakin berkembang. Data AIS berbasis satelit menawarkan potensi besar untuk eksplorasi dan analisis dalam konteks data sains dan data mining.
“Dengan berkembangnya teknologi satelit dan kemampuan pemrosesan data yang lebih canggih, AIS berbasis satelit memberikan wawasan penting dalam berbagai sektor seperti logistik, keamanan maritim, dan penelitian lingkungan,” tulis Dicka dalam keterangannya.
Data AIS dari satelit LAPAN-A2 dan LAPAN-A3 (RRI.co.id/Humas BRIN)
Ia menambahkan, data AIS berbasis satelit memungkinkan pelacakan kapal di area yang jauh dari jangkauan stasiun darat, seperti di tengah lautan atau di wilayah yang sulit dijangkau. Satelit menerima data AIS dari kapal yang memancarkan sinyal melalui frekuensi radio. Data tersebut berisi informasi tentang posisi kapal, kecepatan, arah, identifikasi kapal, dan parameter lainnya yang dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
Keuntungan utama data AIS berbasis satelit adalah cakupan global yang memungkinkan pemantauan lalu lintas maritim di seluruh dunia. Ini membuka potensi besar dalam aplikasi data sains dan data mining untuk menggali pola, prediksi, dan pengetahuan yang mendalam.
Ia melanjutkan, dalam perspektif data sains, eksplorasi data AIS berbasis satelit berfokus pada pemrosesan dan analisis data besar yang dapat membantu membuat keputusan yang lebih baik.
“Langkah pertama dalam analisis data AIS adalah pengumpulan dan pembersihan data, yang sering kali melibatkan integrasi data dari berbagai sumber untuk memastikan kualitas dan konsistensi data,” kata Dicka. Di sisi lain, katanya, data mining dalam konteks AIS berbasis satelit berfokus pada ekstraksi pengetahuan dari data besar yang sangat terstruktur dan terdistribusi.
“Teknik data mining yang digunakan dalam eksplorasi data AIS berfokus pada temuan pola-pola tersembunyi yang dapat diidentifikasi untuk meningkatkan pemahaman kita tentang perilaku kapal dan operasi maritim,” ujarnya.
Adapun teknik yang digunakan dalam eksplorasi data AIS adalah teknik kluster. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi pola pergerakan kapal yang serupa. Misalnya, kapal yang memiliki pola navigasi yang mirip dapat dikelompokkan bersama. Teknik ini dapat memberikan wawasan mengenai jenis kapal atau pola lalu lintas di suatu wilayah tertentu.
Dicka juga menjelaskan beberapa pemanfaatan Data AIS berbasis satelit di antaranya terkait keselamatan dan navigasi maritim. Data AIS dapat digunakan untuk memprediksi lintasan kapal agar terhindar dari tabrakan di area dengan lalu lintas padat, serta mengawasi kapal di jalur pelayaran utama untuk memastikan keselamatan navigasi.
“Selain itu, deteksi aktivitas ilegal dengan mendeteksi kapal yang mematikan AIS atau melakukan pola pergerakan mencurigakan di area konservasi. Serta melacak pergerakan kapal di wilayah rawan aktivitas penyelundupan,” ujarnya. (P-ht)
No Comments