26.7 C
Jakarta
Sunday, November 10, 2024

    Aman !!! Uji klinik vaksin Covid-19 di Bandung tidak menunjukkan efek mengkhawatirkan

    Terkait

    Jakarta, 4/11/20 (SOLUSSInews.com) – Kita Indonesia ikut terlibat dalam menjalankan penelitian pembuatan vaksin Covid-19 antara lain dalam melakukan uji klinik fase 3 vaksin Sinovac di Universitas Padjadjaran, Bandung.

    Sejauh, ini menurut Ketua Tim Riset Uji Klinik Vaksin Covid-19 Unpad, Dr Kusnandi Rusmil, tidak ada hal-hal yang mengkhawatirkan dalam proses uji klinik tersebut.

    Ditambahkan, hasil uji klinik fase 3 di Universitas Padjadjaran (Unpad) cukup bagus. Bahkan menurut Kusnandi, uji klinik ini termasuk yang lebih aman dibandingkan dengan hasil uji klinik vaksin tetanus dan difteri.

    Penelitian tersebut dikawal langsung oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) untuk memastikan keamanan, kualitas, dan manfaat vaksin Covid-19 yang nantinya akan digunakan untuk masyarakat. Pendampingan dimulai sejak protokol uji klinik, dimulai hingga saat ini memasuki fase 3. Upaya tersebut diharapkan dapat mempercepat penerbitan regulasi yang dibutuhkan.

    “Kami sudah melakukan 1.620 suntikan pertama, kemudian 1.590 suntikan kedua, sampai sekarang itu tidak ada (efek) yang mengkhawatirkan,” kata Kusnandi Rusmil pada dialog bertema “Menjawab Berbagai Keraguan Soal Vaksin” yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN), Selasa (3/11/20).

    Digabung data negara lain

    Kusnandi mengatakan, hasil uji klinik fase 3 di Unpad nantinya akan digabungkan dengan data dari hasil uji klinik di negara lain. Gabungan data hasil uji klinik fase 3 dari berbagai tempat di belahan dunia (multi center) inilah yang nantinya akan menjadi acuan regulator untuk melanjutkan ke fase berikutnya.

    Sejauh ini, menurut Kusnandi, prosedur penyiapan uji klinik fase 3 vaksin Covid-19 ini sudah terencana dengan baik dan sesuai jadwal, mulai dari persiapan protokol hingga penyuntikan relawan. Laporan hasil uji klinik fase 3 ini akan dilaporkan kepada regulator di Januari dan selesai Maret 2021.

    Ada pula keraguan masyarakat tentang kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI). Disebut Kusnandi hal itu tidak perlu dikhawatirkan. “Kemungkinan untuk terjadi reaksi yang berat, misalnya pingsan setelah diimunisasi, potensinya hanya 0,1 dari satu juta,” kata Kusnandi.

    Begitu pun dengan kekhawatiran terhadap fenomena antibody dependent enhancment (ADE) dimana sempat muncul mengiringi pemberitaan vaksin Covid-19 yang tengah diuji coba. Kusnandi meyakinkan, fenomena ADE yang diketahui hingga saat ini hanya timbul pada vaksin demam berdarah, karena memiliki empat anti gen di dalamnya. Ini tidak terjadi pada Covid-19 yang memiliki satu anti gen.

    Penelitian mengenai kemungkinan timbulnya ADE pada vaksin Covid-19 sebelumnya sudah dilakukan pada uji klinik fase 2 dan fase 3. Ini terbukti tidak timbul fenomena ADE yang banyak dikhawatirkan itu.

    Kusnandi juga mengingatkan hal terpenting yang perlu dilakukan masyarakat sebelum vaksin Covid-19 nantinya beredar di masyarakat ialah tetap disiplin menerapkan protokol 3M yakni, menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan serta menghindari kerumunan. Cara ini merupakan langkah pencegahan terpenting agar tidak tertular Covid-19. (S-BS/jr)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -

    Terkini