PRIORITAS, 20/10/25 (Manado): Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama Sulawesi Utara (Kemenag Sulut), Dr.Drs KH. Ulyas Taha MPd, menegaskan, Kanwil Agama Sulut sangat peduli terhadap kehadiran pondok pasantren (ponpes). Menurutnya, ponpes sangat identik dengan Nahdlatul Ulama.
Penegasan itu disampaikan pada saat syukuran Hari Santri Nasional 2025 yang berlangsung di aula Kanwil Agama Sulut, Manado, Minggu (19/10/25), dan informasinya diterima Beritaprioritas Senin (20/10/25). Memang diakuinya, ponpes bukan baru sekarang hadir di Indonesia tapi sebelum Indonesia merdeka ponpes sudah ada.
Diungkapkannya, kalau melihat sejarah yang ada, jarak keberedaan ponpes dan pengakuan pemerintah, waktunya sangat jauh berbeda. Sebab pemerintah baru mengakui keberadaan pasantren lewat surat keputusan Presiden No. 22 tahun 2015 tentang Hari Santri Nasional.
Dengan jarak waktu bagitu jauh, kata Kakanwil, perkembangan ponpes tetap berkembang dan maju begitu pesat. Misalnya, untuk Sulawesi Utara sekarang ini tercatat pondok pasantren 38 lembaga, PKPPS 2 lembaga, MDT 51 lembaga, dan LPQ 859 lembaga ,dengan jumlah santri 2.527 santri dan jumlah Ustadz 1.171 orang. Semua Ustadz ini, tambah Ulyas Taha, mengabdi di pesantren yang dikelola swasta, karena tidak ada ponpes yang berstatus sekolah negeri.
Dijelaskan, dalam jajaran Kementerian Agama, terdapat satu Direktorat Pasantren yang sekarang ini membina 104.204 Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) dan 194.901 lembaga pendidikan Al-Qur’an (LOQ). “Untuk menjamin agar pesantren lebih bermutu maka status Direktorat Pesantren akan dinaikkan levelnya menjadi Direktorat Jenderal Pasantren,” ujarnya.
Ini artinya, bahwa pondok pasantren sekalipun dikelola oleh pihak swasta, namun tetap mendapat perhatian khusus oleh pemerintah. “Ini kabar gembira lho,” kata Taha singkat.
Dalam kesempatan itu juga Taha berharap agar peran ponpes harus terus berinovasi dan bangkitkan rasa aman setiap santri ketika berada di dalam kelas. Jika tidak ada jaminan rasa aman, pasti minat orang tua murid untuk menyekolahkan anak-anak di ponpes akan berkurang. “Sebagai contoh peristiwa yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Khoziny Baduran Sidoarjo Jatim yang meminta korban meninggal 67 santri,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Agama Islam Kanwil Kemenag Sulut, Ahmad Sholeh M.Pd, melaporkan bahwa pelaksanaan syukuran Hari Santri Nasional kali ini bekerjasama dengan pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulut dengan tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia” . Tema tersebut mengandung makna peran strategis santri dalam perjalanan bangsa.sebab katanya santri hadir sebagai penjaga moral dan mengembangkan peradaban bangsa. Melalui nilai luhur yang diwariskan para ulama, santri diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi terwujudnya peradaban dunia.
Dalam acara tersebut turut memberikan sambutan Rais PWNU Sulut Drs KH Sya’ban Mauluddin M.Pd, ,serta do’a disampaikan Ketua MUI Sulut KH Abd Wahab Abd Gafur. (P-*r/ht)
No Comments