PRIORITAS, 12/8/25 (Bandung): Benyamin Iyai baru berusia 15 tahun 8 bulan ketika dinyatakan lulus seleksi sebagai penerima Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Republik Indonesia. Pemuda lulusan SMA Negeri 2 Dogiyai, Papua Tengah, ini diterima di program Studi Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Padjadjaran (Unpad).
Dengan usia tersebut, Benyamin Iyai tercatat sebagai mahasiswa Unpad angkatan 2025 termuda. Ia menempuh pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam waktu yang normal, tidak mengikuti program percepatan atau akselerasi. Namun Benyamin Iyai mengawali pendidikannya di usia yang sangat muda, ia masuk SD pada usia empat tahun.
Anak ketiga dari enam bersaudara ini menceritakan, ia sangat dekat dengan kakaknya. Ayahnya telah meninggal dunia ketika ia masih berusia tujuh tahun. Dulu, ketika kakaknya mulai masuk SD, Benyamin Iyai kecil yang masih berumur empat tahun tidak mau berpisah dengan kakaknya. “Saya menangis dan mau ikut sekolah, akhirnya saya juga ikut bersekolah bersama kakak,” kenangnya.
Ingin kembali membangun Papua
Setelah menempuh pendidikan dasar dan menengah, Benyamin Iyai lulus SMA Negeri 2 Dogiyai pada tahun 2025. Mengetahui ada program ADik dari pemerintah, Benyamin Iyai mendaftarkan diri karena ingin memperoleh pendidikan di jenjang perguruan tinggi. “Saya bangga bisa diterima di Unpad,” ujarnya.
Awalnya, Benyamin Iyai mengaku pilihan utamanya adalah program studi Akuntansi. Namun dalam proses pendaftaran dan pengumpulan berkas dokumen, pilihan program studi akhirnya tertuju pada Statistika, bidang ilmu yang juga ia sukai. “Yang penting saya bisa kuliah, belajar, dan mendapatkan ilmu untuk masa depan,” kata Benyamin Iyai.
Datang ke Jatinangor, Kabupaten Sumedang, ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang berbeda bahasa dan budaya. Sejak datang ke asrama di Jatinangor, ia merasa terbantu dengan keramahan lingkungan Unpad, mulai dari teman-teman asrama di Bale Wilasa hingga staf kampus.
“Di Jatinangor, saya mengalami kesulitan ketika berkomunikasi. Oleh karena itu, saya mau belajar bahasa Indonesia yang digunakan sehari-hari,” ujarnya, mengingat di kampung halamannya ia lebih sering berkomunikasi dalam bahasa daerah.
Sebagai mahasiswa, Benyamin Iyai berharap dapat menyelesaikan studinya tepat waktu dan meraih gelar sarjana. “Saya ingin menjadi sarjana, menulis penelitian, dan suatu saat kembali membangun Papua,” tuturnya seperti dilansir dari laman resmi Universitas Padjadjaran Bandung www.unpad.ac.id.
Kisah Benyamin Iyai ini tidak hanya menjadi bukti bahwa tekad yang kuat dapat mendorong kita menggapai cita-cita, menyingkirkan berbagai hambatan yang mungkin ada. Ini juga menjadi bukti kehadiran pemerintah bagi rakyat yang membutuhkan, serta bukti nyata komitmen Unpad sebagai kampus yang inklusif, merangkul keberagaman, dan memberikan kesempatan yang setara bagi seluruh anak bangsa untuk berkuliah di Unpad. (P-ht)
Disclaimer: Artikel ini dapat diakses melalui https://www.unpad.ac.id/2025/08/benyamin-iyai-asal-papua-tengah-jadi-mahasiswa-termuda-unpad-2025/