30.3 C
Jakarta
Tuesday, August 5, 2025

    Pasar olahan guava dikuasai India, Indonesia belum masuk peta global

    Terkait

    PRIORITAS, 4/8/25 (Jakarta): Indonesia kini tercatat sebagai negara penghasil guava atau jambu biji terbesar di dunia. Produksi tahunannya mencapai sekitar 26 juta ton. Jumlah ini jauh melampaui India yang selama ini dikenal sebagai pemain kuat dalam komoditas tropikal.

    Produksi besar ini didorong oleh iklim tropis yang stabil dan tanah subur di berbagai daerah. Guava tumbuh subur hampir di seluruh wilayah, mulai dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, hingga Papua. Bahkan, buah ini banyak ditemukan di pekarangan rumah warga sebagai tanaman pangan keluarga.

    Meski unggul dalam hal kuantitas, Indonesia belum memiliki kekuatan yang sama di sektor hilir. Sebagian besar guava masih dipasarkan dalam bentuk segar. Produk olahan belum banyak berkembang di tingkat nasional, apalagi ekspor.

    India menjadi contoh negara yang berhasil mengubah guava menjadi komoditas bernilai tambah. Selain menghasilkan jutaan ton per tahun, India juga membangun industri pengolahan yang kuat. Produk jus, selai, hingga bahan kosmetik dihasilkan dari buah yang sama.

    Beberapa negara Asia lainnya juga sudah memanfaatkan guava secara maksimal. Taiwan dan Vietnam mengembangkan pulp beku dan konsentrat guava untuk industri makanan dan minuman. China mengolah daun guava menjadi teh herbal. Korea Selatan bahkan mengekstrak antioksidan dari buah ini untuk produk kecantikan.

    Sementara itu, Thailand unggul lewat produk organik seperti selai dan snack sehat. Negara ini juga mengembangkan strategi pemasaran yang menekankan citra tropikal. Hasilnya, guava dari Thailand masuk ke pasar Eropa dan Jepang dengan harga premium.

    Tantangan hilirisasi masih besar

    Indonesia belum mampu mengikuti langkah tersebut karena beberapa hambatan struktural. Fasilitas pengolahan modern masih minim, terutama di sentra produksi seperti Jawa Timur dan Sumatera. Banyak petani hanya memiliki akses pada pasar segar, bukan ke industri pengolahan.

    Selain itu, belum banyak varietas lokal yang dikembangkan khusus untuk kebutuhan industri. Guava lokal lebih cocok dikonsumsi langsung, bukan untuk diolah secara massal. Tanpa varietas unggul, sulit bagi pelaku industri menciptakan produk turunan yang kompetitif.

    Permintaan dalam negeri juga berkontribusi pada stagnasi hilirisasi. Konsumsi buah segar cukup tinggi, sehingga pasar lokal terserap habis. Petani pun cenderung menjual hasil panen tanpa proses tambahan.

    Isu mutu dan branding juga menjadi penghalang bagi ekspor produk olahan. Banyak produk lokal belum memenuhi standar internasional atau belum memiliki daya saing di pasar global. Tanpa dukungan regulasi dan promosi, potensi ekspor tetap terbatas.

    Indonesia harus beralih ke pengolahan

    Untuk memaksimalkan potensi guava, Indonesia perlu menggeser fokus dari produksi ke pengolahan. Negara ini sudah memiliki basis produksi yang kuat. Namun, nilai tambah hanya bisa diperoleh dari hilirisasi.

    Pengembangan industri olahan guava juga akan membuka peluang baru. Selain meningkatkan pendapatan petani, industri ini bisa menciptakan lapangan kerja dan mendorong ekspor nonmigas. Pasar global terbukti siap menampung produk guava bernilai tinggi, baik dalam bentuk makanan, minuman, maupun kosmetik.

    Tanpa strategi hilirisasi yang jelas, Indonesia hanya akan menjadi lumbung bahan mentah bagi negara lain. Saatnya beralih dari produsen besar menjadi pemimpin pasar olahan guava. (P-Khalied M)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    spot_img

    Terkini