29.3 C
Jakarta
Monday, June 16, 2025

    Per 1 Januari 2025, Indonesia siap pasarkan BBM campuran 40 persen minyak sawit

    Terkait

    PRIORITAS, 29/12/24 (Jakarta): Pada tahun 2025 mendatang, pemerintah berupaya menyiapkan implementasi program bahan bakar campuran biodiesel 40 persen atau B40.

    Upaya ini merupakan bagian dari usaha pemerintah dalam mencapai ketahanan energi sekaligus mendukung Indonesia hijau dan berkelanjutan.

    Diketahui pula, langkah ini sejalan dengan “Asta Cita” Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto yang menetapkan ketahanan pangan dan energi sebagai prioritas nasional.

    “Hari ini (27/12/24) kami dengan tim turun mengecek kesiapan implementasi B40 yang akan dimulai pada 1 Januari 2025. Menteri ESDM telah menetapkan keputusan terkait implementasi ini, dan kami sudah melihat sendiri kesiapan dari sisi industri Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sebagai bahan bakar nabati,” ujar salah seorang profesional, Yuliot, dalam keterangan resminya, dikutip Minggu (29/12/24).

    Kebutuhan biodiesel untuk mendukung mandatori B40 secara nasional, menurutnya, diperkirakan mencapai 15,6 juta kiloliter per tahun. Angka ini mencakup distribusi ke seluruh Indonesia, sehingga kesiapan dari sisi bahan baku dan rantai pasok menjadi prioritas utama.

    Terbuka terhadap masukan

    Sementara itu, pihak Kementerian ESDM terbuka terhadap masukan dari berbagai badan usaha dalam memastikan kelancaran implementasi B40 di seluruh penjuru Indonesia. Tantangan utama dalam penerapan B40 tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan bahan baku, melainkan juga kondisi geografis yang beragam di Indonesia.

    “Kami mengharapkan masukan dari Pertamina Patra Niaga maupun badan usaha lain terkait tantangan implementasi B40. Misalnya, wilayah seperti Dumai yang relatif panas, atau daerah dataran tinggi dengan suhu lebih dingin, apakah ada impact yang perlu disiapkan baik oleh Pertamina maupun badan usaha BBM yang akan melaksanakan mandatori B40,” ujar Yuliot.

    Terkait itu pula, pihak PT Pertamina (Persero) telah menyiapkan dua kilang utama untuk mendukung produksi B40, yakni Refinery Unit III Plaju di Palembang dan Refinery Unit VII Kasim di Papua. Selain itu, pencampuran bahan bakar solar dengan bahan bakar nabati akan dilakukan oleh anak usaha, yakni PT Pertamina Patra Niaga.

    “Pada dasarnya, kilang kami rata-rata memproduksi bahan bakar B0, dan Insyaallah siap untuk memproduksi B40. Kilang yang akan memproduksi B40 adalah RU III Plaju dan RU VII Kasim, sementara blending-nya dilakukan oleh Patra Niaga,” ujar Direktur Operasi PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Didik Bahagia.

    Diketahui, di samping B40, Pertamina juga telah berhasil memproduksi bioavtur atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) dengan campuran 2,4 persen bahan bakar berbasis sawit. Produksi ini dilakukan di Green Refinery Kilang Cilacap melalui metode co-processing.

    “Kapasitas pengolahan bioavtur saat ini mencapai 9.000 barel per hari (bph), dengan bahan baku dari produk turunan kelapa sawit, yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO). Uji coba telah dilakukan menggunakan pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-800 untuk rute Jakarta-Solo pulang pergi,” demikian Didik Bahagia. (P-jr)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini