29.7 C
Jakarta
Monday, December 23, 2024

    Makin serius ‘resesi seks’ di China, 15.000-an TK tutup

    Terkait

    PRIORITAS, 6/8/24 (Beijing): Beberapa negara, termasuk China kini menghadapi ‘resesi seks’ kian serius.

    Yaitu, dampak negatif dari minimnya pernikahan yang berakibat pada berkurangnya keturunan.

    Dilaporkan, hal ini semakin nyata muncul di China. Ribuan taman kanak-kanak atau TK di negara tersebut kini tutup.

    Channel News Asia (CNA) melansir, hampir 15.000 TK tutup di China tahun lalu, seiring dengan jatuhnya angka penerimaan murid baru sekitar 5,3 juta dibanding 2022.

    “Krisis sudah memukul sektor pendidikan, dengan ribuan prasekolah ditutup di seluruh negeri karena pendaftaran kosong,” tulis laporan CNA dikutip Sabtu (13/7/24) lalu.

    Berkurangnya populasi anak-anek

    Sementara itu, mengutip laporan The Strait Times, tutupnya ribuan TK di negeri tirai bambu itu dipicu oleh semakin berkurangnya populasi anak-anak. Populasi anak di negara itu menyusut imbas dari angka kelahiran di China yang merosot.

    Seperti dicatat Biro Statistik Nasional (NBS), angka kelahiran China terus turun ke rekor terendah, yaitu 6,39 kelahiran per 1.000 orang.

    Artinya, jumlah ini turun dari 6,77 kelahiran per 1.000 orang pada 2022.

    Jadi, hanya ada 9.02 juta bayi yang lahir pada 2023, dibandingkan 9,56 bayi yang lahir pada 2022.

    Fenomena ‘resesi seks’

    Disebutkan, penyusutan populasi ini menandai fenomena ‘resesi seks’ dan tantangan demografi yang dihadapi pemerintahan Presiden Xi Jinping di tengah pelemahan ekonomi China belakangan ini.

    Di lain pihak, populasi negara itu cenderung mengalami peningkatan signifikan pada golongan masyarakat lanjut usia atau Lansia pada 2023, dengan penambahan hampir 17 juta orang berusia 60 tahun ke atas.

    Dikatakan, kelompok usia tersebut sudah mencakup lebih dari 20 persen populasi, suatu proporsi yang diperkirakan akan meningkat hingga hampir sepertiga pada tahun 2035, menurut Economist Intelligence Unit, sebuah kelompok penelitian.

    Bahkan Pemerintah China memperkirakan, produk dan layanan yang melayani orang tua – dari pariwisata ramah Lansia hingga perawatan medis berbasis teknologi – dapat bernilai 30 triliun yuan, setara US$4,13 triliun pada 2035.

    “(Masalahnya) menjadi sangat jelas saat jumlah anak terus berkurang,” kata kepala sekolah sebuah TK, Li Xiuling yang dikutip dari The Straits Times.

    Kini, sebagian TK yang tidak lagi beroperasi akhirnya dialihkan menjadi tempat lain, salah satunya menjadi klinik kesehatan Lansia di Provinsi Shanxi.

    Demikian juga yang dilakukan Li pada sekolah TK yang ia dirikan pada tahun 2005, dan terpaksa harus tutup pada tahun 2023. Sejak saat itu, ia telah mengubahnya menjadi pusat kesehatan dan sosial Lansia di lingkungannya.

    “Setelah taman kanak-kanak saya kosong, saya berpikir bagaimana memanfaatkannya sebaik mungkin,” tutur Li Xiuling. (P-CNBCi/jr) — foto ilustrasi istimewa

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini