Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei melihat sentrifus canggih Iran beberapa waktu lalu di situs nuklir Natanz.(iranintl)PRIORITAS, 14/9/25 (Washington): Sekitar 22.000 sentrifugal gas yang digunakan Iran untuk memperkaya bahan nuklir Uranium, hancur dibom Amerika Serikat (AS) dan Israel. Demikian laporan terbaru yang diperoleh Beritaprioritas.com hari Minggu (14/9/25).
AS dan Israel menyerang situs nuklir utama Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan pada Juni 2025 lalu, dengan tujuan memusnahkan kemampuan negara tersebut untuk membuat senjata atau bom nuklir.
“Sangat banyak sentrifugal hancur dalam serangan bulan Juni, sehingga tidak ada rute yang dapat diidentifikasi untuk produksi senjata di pabrik-pabrik tersebut”, kata pakar nuklir Institute for Science and International Security, David Albright.
Dalam sebuah makalah yang menilai laporan triwulanan bulan September dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Institut Sains dan Keamanan Internasional, mengatakan serangan tersebut menghancurkan atau membuat tidak berfungsi semua sentrifus yang terpasang di Iran.
Pengemboman di tiga lokasi pengayaan Iran, sangat merusak kemampuan sentrifus untuk memproduksi dan bahan baku uranium heksafluorida.
Memiliki stok
Kelompok tersebut, menambahkan situs nuklir Iran di Fordow, Natanz dan Esfahan, sempat memiliki stok uranium yang diperkaya sebelum serangan.
IAEA telah kehilangan visibilitas di lokasi sejak inspektur menarik diri, karena alasan keamanan pada akhir Juni dan Iran kemudian menangguhkan kerja sama.
Pelaporan IAEA menunjukkan stok uranium Iran yang diperkaya hingga 60% U-235 mencapai 440,9 kg (massa uranium) pada malam pengeboman 13 Juni, dengan persediaan tambahan sebesar 20%, 5% dan hingga 2% material juga tersedia.
Badan tersebut mengatakan bahwa stok 60% — yang dianggap uranium yang sangat diperkaya — memerlukan verifikasi setiap 30 hari berdasarkan praktik perlindungan standar. Saat ini verifikasinya sudah terlambat karena inspektur IAEA tidak memiliki akses selama lebih dari dua setengah bulan.
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, menyampaikan kepada Dewan Gubernur Badan tersebut pada hari Senin, undang-undang domestik baru Iran yang membatasi akses dapat menimbulkan kewajiban di dalam negeri, tetapi tidak dapat menimbulkan kewajiban bagi IAEA.
Grossi mengatakan undang-undang Iran yang membatasi pekerjaan IAEA, tidak dapat mengikat badan tersebut.
Ia menambahkan perjanjian pengamanan NPT Iran tetap berlaku dan pekerjaan inspeksi harus dilanjutkan sepenuhnya tanpa penundaan.
Perundingan teknis di Teheran dan Wina telah mencapai kemajuan menuju kesepakatan praktis. “Saya sangat berharap bahwa dalam beberapa hari ke depan, kesepakatan ini akan dapat dicapai dengan sukses”, ujar Grossi.
Sentrifus canggih
IAEA melaporkan Iran sedang dalam proses mendeklarasikan Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Isfahan (IFEP) baru di lokasi Perusahaan Bahan Bakar Reaktor Nuklir sebelum perang.
IFEP diduga berada di dalam kompleks terowongan pegunungan Esfahan dan serangan AS telah menghancurkan pintu masuk dan sistem ventilasinya.
Iran diidentifikasi telah memulihkan akses terbatas ke setidaknya satu portal, pabrik tersebut. Tetapi tampaknya belum siap untuk beroperasi.
Sebelumnya IAEA merencanakan kunjungan informasi desain pada tanggal 13 Juni lalu, tetapi membatalkannya karena serangan AS dan Israel keburu dimulai.
Sebelum serangan, IAEA menghitung terdapat 125 kaskade berukuran penuh di tiga fasilitas pengayaan yang diumumkan, dengan total lebih dari 20.000 mesin sentrifugal IR-1, IR-2m, IR-4, dan IR-6.
Institut Sains dan Keamanan Internasional memperkirakan total sentrifugal yang terpasang mendekati 22.000, termasuk sekitar 14.700 sentrifus canggih, lapor Iran International.
Kerusakan signifikan
Berdasarkan citra satelit yang dikutip IAEA, situs nuklir Fordow mengalami kerusakan yang sangat signifikan, ruang bawah tanah situs Natanz juga rusak parah, dan pabrik percontohan di atas tanah di Natanz hancur di awal konflik.
Sejak 13 Juni, IAEA mengatakan pihaknya tidak menerima laporan akuntansi bahan nuklir, tidak ada kuesioner informasi desain yang diperbarui, dan tidak memiliki akses ke lokasi yang dijaga selain pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr.
Laporan tersebut menyebutkan hilangnya kontinuitas pengetahuan atas inventaris uranium yang diperkaya, serta atas produksi sentrifus dan air berat sejak Iran menghentikan pemantauan terkait JCPOA pada tahun 2021.
Grossi mengatakan hanya langkah-langkah standar berdasarkan Perjanjian Pengamanan Komprehensif Iran yang sedang dibahas, karena Teheran tidak menerapkan Protokol Tambahan.
Ia juga menolak klaim data IAEA telah memungkinkan AS dan Israel melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Ia menegaskan kembali badan tersebut tidak membagikan informasi inspeksi rahasia dengan negara mana pun.
Kekuatan-kekuatan Eropa telah bergerak untuk menerapkan kembali sanksi PBB melalui mekanisme “snapback” kepada Iran.(P-Jeffry W)
No Comments