34 C
Jakarta
Saturday, July 27, 2024

    Wuauw !!! Di 2020 malaria bunuh 627.000 orang, total ada 241 juta kasus, WHO: Dunia harus dukung peluncuran vaksin baru untuk selamatkan puluhan ribu nyawa Balita

    Terkait

    Jenewa, 8/12/11 ((SOLUSSInews.com)– Ternyata, malaria membunuh 180.000 lebih banyak orang setiap tahun dari yang diperkirakan sebelumnya dengan menggunakan metode perhitungan lama. Seperti dilaporkan the Guardian, Senin (6/12/21) lalu, WHO menyatakan jumlah kematian mencapai 627.000 orang pada tahun 2020, karenanya dunia harus mendukung peluncuran vaksin baru yang mendesak.

    Dalam edisi terbaru Laporan Malaria Dunia pada Senin (6/12/21), WHO mengutip total 241 juta kasus penyakit pada tahun 2020, naik 14 juta dari tahun sebelumnya, dan 627.000 kematian atau meningkat 69.000 kasus.

    Angka-angka baru yang dirilis oleh WHO pada Senin menggarisbawahi skala masalah. Dengan metode penghitungan baru yang “lebih tepat”, WHO memperkirakan, 627.000 orang meninggal karena malaria tahun lalu, atau 180.000 lebih banyak dari total menurut metodologi lama.

    “Sekitar dua pertiga dari kematian tambahan ini [47.000] terkait dengan gangguan dalam penyediaan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan malaria selama pandemi,” ungkap WHO dalam sebuah pernyataan di situs ‘web’-nya.

    Peluncuran vaksin RTS,S

    Pedro Alonso, Direktur Program Malaria Global WHO, mengatakan, vaksin RTS,S, yang direkomendasikan untuk diluncurkan secara luas pada Oktober, merupakan peluang bersejarah untuk menyelamatkan puluhan ribu nyawa, sebagian besar balita di Afrika sub-Sahara.

    Namun Alonso memperingatkan, komunitas global mempertaruhkan “kegagalan besar” jika komitmen pendanaan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan membantu penyebaran vaksin tidak dibuat dengan cepat.

    WHO menyatakan, Afrika Sub-Sahara terus menanggung beban malaria terberat, terhitung sekitar 95 persen dari semua kasus malaria dan 96 persen dari semua kematian pada 2020. Sekitar 80 persen kematian di kawasan Afrika itu termasuk di antara mereka anak-anak di bawah usia lima tahun.

    Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika, mengatakan, pemerintah di benua itu, bersama dengan mitra mereka, perlu meningkatkan upaya agar tidak kehilangan pijakan lebih jauh lagi terhadap penyakit yang dapat dicegah ini.

    Perusahaan farmasi Inggris GlaxoSmithKlein, pengembang vaksin RTS,S, telah berkomitmen untuk menyumbangkan hingga 10 juta dosis untuk digunakan dalam program percontohan yang sudah berjalan, dan untuk memasok hingga 15 juta dosis setiap tahun.

    Namun, Alonso memperingatkan dengan lebih dari 240 juta kasus secara global tahun lalu, permintaan potensial bisa mencapai 80 hingga 100 juta dosis per tahun.

    “Oleh karena itu, ini adalah contoh utama di mana mekanisme internasional perlu berperan,” katanya lagi.

    Pekan lalu, aliansi vaksin global, Gavi, menyatakan, dewannya telah menyetujui dana awal US$155,7 juta (Rp2,23 triliun) untuk peluncuran RTS,S. Pendanaan itu akan membantu pengenalan, pengadaan, dan pengiriman vaksin untuk negara-negara yang memenuhi syarat di Afrika sub-Sahara dari 2022 hingga 2025. (S-BS/jr)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    Terkini