PRIORITAS, 22/5/25 (Tomohon): Wakil Wali Kota Tomohon, Sendy GA Rumajar menegaskan, melalui Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Tomohon akan lebih intens melawan stunting.
Hal itu dikatakannya saat menghadiri Tatap Muka ‘Genting’ dengan PLN Indonesia Power UP PLTP Lahendong, yang dilaksanakan di ruang meeting PLTP Lahendong, Kamis, (22/5/25).
Dikatakan Wawali, stunting harus ditangani secara bersama dan ‘Genting’ merupakan gerakan strategis berbasis komunitas yang mengajak seluruh elemen masyarakat, mulai individu, kelompok, perusahaan, hingga pemerintah, menjadi orang tua asuh bagi keluarga yang berisiko tinggi terhadap stunting.
“Genting adalah bentuk nyata gotong royong dalam upaya membangun generasi masa depan Indonesia yang sehat, cerdas, dan produktif. Dengan pola asuh yang tepat selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), kita dapat mencegah stunting secara signifikan,” paparnya.
Targetkan keluarga kurang mampu
Gerakan ini menargetkan keluarga kurang mampu, khususnya ibu hamil, ibu menyusui, serta anak usia 0–59 bulan. Bantuan yang diberikan meliputi nutrisi berupa pangan lokal kaya protein hewani, serta non-nutrisi seperti perbaikan sanitasi, rumah layak huni, akses air bersih, hingga edukasi bagi remaja, calon pengantin, dan ibu hamil.
Menurut Wawali, data menunjukkan satu dari lima Balita di Indonesia mengalami stunting akibat kekurangan gizi kronis dan jika tidak ditangani segera, berdampak pada daya saing generasi muda di masa depan.
“Genting diharapkan menjadi model kolaborasi nasional yang mengubah kehidupan jutaan anak Indonesia, serta mendukung visi Indonesia Emas 2045,” tukasnya.
Kontribusi PLN
HSM Saragih, selaku Manager PT PLN Indonesia Power UP PLTP Lahendong menjelaskan, tujuan utama instansinya bukan hanya menurunkan angka stunting. Lebih dari itu mencegah terjadinya stunting sejak dini.
Disebutnya, jika hanya berfokus pada penurunan angka, maka intervensi yang dilakukan sebatas memberikan makanan sehat dan vitamin. Namun, pencegahan membutuhkan pendekatan yang lebih menyeluruh, termasuk edukasi dan perubahan pola pikir masyarakat.
“Kami telah melaksanakan workshop di Kelurahan Pangolombian dan dalam waktu dekat akan melanjutkan kegiatan serupa di Kelurahan Tondangow. Salah satu fokus utama kami adalah memberikan edukasi dan wawasan kepada para remaja mengenai bahaya pernikahan dini, yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stunting pada anak,” urainya.
“Meskipun saat ini kami memusatkan kegiatan di dua kelurahan tersebut, tidak menutup kemungkinan kami akan memperluas jangkauan program ini ke kelurahan lain di masa mendatang. Namun, untuk saat ini, kami akan menyelesaikan terlebih dahulu kegiatan di Pangolombian dan Tondangow,” demikian HSM Saragih. (P-Deky G)