Jakarta tercatat sebagai kota dengan kualitas udara terburuk keempat di Indonesia. Bandung menempati posisi pertama dengan skor 168, diikuti Serpong 153, dan Tangerang Selatan 153.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto menegaskan kualitas udara Ibu Kota dipengaruhi faktor eksternal. Menurutnya, polusi bukan hanya berasal dari aktivitas warga Jakarta, tetapi juga dari wilayah sekitarnya.
“Kontribusi pencemar datang dari daerah aglomerasi seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, hingga Cianjur. Selain itu, faktor meteorologi juga sangat berpengaruh,” kata Asep.
Ia menambahkan, sektor transportasi dan industri masih menjadi penyumbang utama emisi di Jakarta.
“Karena itu, kami fokus pada pengendalian dua sektor ini melalui kewajiban uji emisi kendaraan, penegakan hukum untuk kendaraan berat, serta mendorong penggunaan transportasi umum,” ujarnya.
Lebih lanjut, Asep mengungkapkan Pemprov DKI tengah menyiapkan Sistem Peringatan Dini Polusi Udara atau Early Warning System (EWS). Sistem ini dirancang untuk menampilkan data kualitas udara secara real-time dengan proyeksi hingga tiga hari ke depan.
“Sistem ini bukan hanya untuk dasar kebijakan, tetapi juga sebagai panduan bagi warga agar bisa melindungi diri, misalnya dengan memakai masker atau membatasi aktivitas luar ruangan,” jelasnya. (P-Khalied M)
No Comments